Sebuah pesan dari Yang Maha Kuasa.
Ayat 1 Raja-Raja 14:6 menggambarkan momen krusial dalam kehidupan Yerobeam, raja Israel Utara. Setelah mendengar teguran dan nubuat yang keras dari seorang nabi yang diutus Tuhan, reaksi Yerobeam bukanlah penolakan atau kemarahan, melainkan sebuah kesadaran dan kerendahan hati yang luar biasa. Ia mendengarkan firman Tuhan, mengakui otoritas ilahi di balik kata-kata tersebut, dan segera beralih kepada Tuhan dalam doa dan penyembahan.
Nubuat yang disampaikan oleh nabi itu sebenarnya adalah peringatan keras. Nabi itu datang "berdasarkan firman TUHAN" dan memperingatkan Yerobeam tentang kebinasaan yang akan menimpa keluarganya dan kehancuran Israel karena dosa-dosanya, terutama penyembahan berhala yang ia perkenalkan. Di tengah kenyataan akan ancaman kehancuran dan penghakiman ilahi, Yerobeam tidak mengabaikan peringatan tersebut. Alih-alih, ia merasakan beratnya firman Tuhan dan segera mencari hadirat Tuhan.
Reaksi Yerobeam dalam ayat ini menawarkan pelajaran yang sangat berharga. Pertama, ini menunjukkan pentingnya mendengarkan dan merespons firman Tuhan, betapapun keras dan tidak menyenangkan isinya. Seringkali, kita cenderung menutup telinga terhadap kebenaran yang mengusik atau menantang kenyamanan kita. Namun, firman Tuhan, bahkan yang bersifat teguran, selalu memiliki tujuan yang baik: membawa kita pada pertobatan dan pemulihan.
Kedua, ayat ini menyoroti kekuatan kerendahan hati. Yerobeam, seorang raja yang berkuasa, tidak merasa terlalu bangga untuk mengakui kesalahannya atau mencari pertolongan dari Yang Maha Tinggi. Sebaliknya, ia merendahkan diri di hadapan Tuhan. Kerendahan hati adalah kunci untuk membuka pintu anugerah dan pengampunan. Ketika kita menyadari kerapuhan kita dan ketergantungan kita pada Tuhan, kita lebih mungkin untuk menerima bimbingan-Nya dan menemukan jalan keluar dari kesulitan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga sering menerima "teguran" dari Tuhan. Peringatan itu bisa datang melalui peristiwa tak terduga, nasihat bijak dari orang lain, atau suara hati nurani yang terus-menerus mengingatkan kita. Seperti Yerobeam, penting bagi kita untuk tidak mengabaikan tanda-tanda ini. Sebaliknya, kita diajak untuk berhenti sejenak, merenungkan hidup kita, dan bertanya apakah ada sesuatu yang perlu diperbaiki.
Beralih kepada Tuhan dalam doa dan penyembahan, seperti yang dilakukan Yerobeam, adalah respons yang paling bijaksana. Doa bukan sekadar ritual, tetapi sebuah dialog intim dengan Sang Pencipta, tempat kita dapat mencurahkan isi hati, memohon pengampunan, dan meminta kekuatan untuk berubah. Penyembahan, di sisi lain, mengingatkan kita akan kebesaran Tuhan dan kekuasaan-Nya atas segala situasi. Dengan hati yang rendah dan berserah, kita dapat menghadapi setiap tantangan, yakin bahwa Tuhan mendengar seruan orang yang mencari-Nya.
Kisah Yerobeam ini, meskipun berasal dari masa lalu, tetap relevan bagi kita. Ia mengingatkan bahwa mendengarkan firman Tuhan dan meresponsnya dengan kerendahan hati adalah jalan menuju pemulihan dan kedamaian sejati. Mari kita buka hati kita untuk mendengar, dan tangan kita untuk berserah, agar kita senantiasa berjalan dalam naungan kasih dan anugerah-Nya.