"Lalu orang-orang Lewi, para imam, akan maju ke depan—sebab merekalah yang dipilih TUHAN, Allahmu, untuk melayani Dia dan untuk memberkati orang banyak dalam nama TUHAN—dan mereka akan menjadi penengah dalam setiap perselisihan dan pertengkaran."
Ayat Ulangan 21:5 dalam Alkitab memberikan panduan penting mengenai peran para imam Lewi dalam masyarakat Israel kuno. Meskipun konteksnya spesifik pada masa itu, prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya memiliki relevansi yang mendalam bagi kehidupan kita di masa kini, terutama terkait dengan nilai-nilai kasih, tanggung jawab, dan penyelesaian konflik. Ayat ini menyoroti bahwa para imam dipilih secara khusus oleh Tuhan untuk melayani dan memberkati umat-Nya. Tugas mereka bukan hanya sebatas ritual keagamaan, tetapi juga mencakup fungsi mediasi dan penengah dalam setiap perselisihan dan pertengkaran.
Inti dari peran para imam yang digambarkan dalam ayat ini adalah sebagai agen perdamaian dan rekonsiliasi. Mereka berdiri di antara pihak-pihak yang berselisih, membawa hikmat ilahi dan keadilan untuk membantu memulihkan hubungan yang retak. Dalam konteks keluarga, prinsip ini sangat berharga. Kerap kali, masalah kecil dapat berkembang menjadi konflik besar jika tidak ditangani dengan bijak. Kasih, sebagai fondasi utama dalam setiap hubungan keluarga, menuntut kita untuk berusaha menjaga keharmonisan dan mencari solusi damai ketika perbedaan pendapat muncul.
Peran penengah yang dijalankan oleh para imam menunjukkan pentingnya memiliki seseorang yang objektif dan memiliki otoritas moral untuk membantu menyelesaikan masalah. Dalam keluarga modern, peran ini bisa dipegang oleh orang tua, anggota keluarga yang bijaksana, atau bahkan konselor jika masalahnya kompleks. Kuncinya adalah bahwa individu yang menjadi penengah harus berlandaskan pada prinsip-prinsip kasih, kejujuran, dan keinginan tulus untuk melihat semua pihak menemukan kesepakatan yang menguntungkan. Mereka tidak berpihak, melainkan berusaha memahami akar permasalahan dan memfasilitasi dialog yang konstruktif.
Lebih jauh lagi, ayat ini mengajarkan bahwa penyelesaian konflik tidak hanya tentang menghentikan pertengkaran, tetapi juga tentang memberkati. Dalam konteks pelayanan imam, memberkati berarti membawa berkat dan pengampunan dari Tuhan. Dalam keluarga, ini dapat diterjemahkan menjadi tindakan memulihkan hubungan, meminta maaf, memberikan pengampunan, dan membangun kembali kepercayaan. Proses ini seringkali lebih sulit daripada sekadar menghentikan perdebatan, namun merupakan langkah krusial untuk memastikan keluarga dapat terus bertumbuh dalam kasih dan kebersamaan.
Ulangan 21:5 mengingatkan kita bahwa menjaga keharmonisan keluarga membutuhkan usaha aktif. Ini melibatkan kemauan untuk mendengarkan, memahami perspektif orang lain, dan bekerja sama mencari solusi. Ketika kita menerapkan prinsip kasih dalam penyelesaian konflik, kita tidak hanya mengatasi masalah saat ini, tetapi juga membangun fondasi yang lebih kuat untuk masa depan keluarga. Para imam yang dipilih Tuhan menjadi teladan bagi kita dalam bagaimana menjadi agen perdamaian, membawa terang di tengah kegelapan perselisihan, dan akhirnya, memulihkan berkat dalam hubungan kita.
Memahami ayat ini membantu kita melihat bahwa tanggung jawab untuk menjaga kedamaian dan kasih dalam keluarga adalah tugas bersama. Dengan meneladani semangat pelayanan dan mediasi yang diajarkan dalam Ulangan 21:5, kita dapat menciptakan lingkungan keluarga yang lebih sehat, penuh kasih, dan harmonis.