Yesaya 19:25: Berkat bagi Mesir dan Asyur

"TUHAN semesta alam memberkati mereka, firman-Nya: “Diberkatilah Mesir, umat-Ku, dan Asyur, buatan tangan-Ku, dan Israel, milik pusaka-Ku!”"
Damai Sejahtera Tercurah

Ayat dari Kitab Yesaya pasal 19 ayat 25 ini menawarkan sebuah janji yang luar biasa dan sangat menggembirakan, terutama mengingat konteks historis dan hubungan yang seringkali penuh ketegangan antara bangsa-bangsa yang disebut di dalamnya. Firman Tuhan yang terucap melalui nabi Yesaya ini berbicara tentang sebuah era kedamaian dan berkat universal, di mana Mesir, Asyur, dan Israel, tiga bangsa yang memiliki sejarah kompleks satu sama lain, akan menerima berkat ilahi secara bersamaan.

Penting untuk memahami bahwa pada masa nabi Yesaya hidup, hubungan antara Israel, Mesir, dan Asyur seringkali ditandai oleh konflik, perebutan kekuasaan, dan dominasi politik. Mesir dan Asyur adalah kekuatan besar di Timur Tengah pada zaman itu, dan Israel seringkali terjebak di antara mereka, terkadang menjadi sekutu, terkadang menjadi korban. Namun, nubuat ini melampaui dinamika politik sementara dan menunjuk pada tatanan ilahi yang akan datang, sebuah tatanan di mana Tuhan sendiri menjadi sumber berkat dan perdamaian bagi semua umat-Nya, termasuk mereka yang mungkin sebelumnya dianggap musuh.

Kata "umat-Ku" untuk Mesir, "buatan tangan-Ku" untuk Asyur, dan "milik pusaka-Ku" untuk Israel, menunjukkan sebuah kepemilikan dan hubungan yang intim dengan Tuhan. Ini bukanlah berkat yang datang secara kebetulan, melainkan berkat yang dianugerahkan secara sengaja oleh "TUHAN semesta alam." Ini menegaskan kedaulatan Tuhan atas seluruh bangsa di bumi. Bahwa Mesir disebut "umat-Ku" dan Asyur disebut "buatan tangan-Ku" adalah sebuah penegasan teologis yang mendalam. Tuhan memiliki otoritas dan rencana atas semua bangsa, bukan hanya umat pilihan-Nya.

Dalam konteks Mesir, yang seringkali menjadi lawan atau kekuatan yang ditakuti Israel, janji berkat ini sungguh revolusioner. Hal yang sama berlaku untuk Asyur, sebuah imperium yang dikenal karena kekejamannya dan penaklukannya, termasuk penghancuran Kerajaan Israel Utara. Namun, nubuat ini menunjuk pada sebuah masa depan di mana anugerah Tuhan meluas melampaui batas-batas etnis dan nasionalistik. Tuhan merindukan semua bangsa untuk mengenal Dia dan menerima berkat-Nya.

Nubuat ini seringkali ditafsirkan dalam perspektif eskatologis, yaitu merujuk pada akhir zaman atau kedatangan Kerajaan Mesianik. Di masa itu, permusuhan akan digantikan oleh perdamaian, dan perselisihan akan reda oleh kasih dan berkat Tuhan. Ini adalah gambaran tentang dunia yang dipulihkan, di mana kehendak Tuhan terwujud sepenuhnya di bumi, seperti di surga. Janji ini memberikan harapan bahwa meskipun sejarah manusia penuh dengan konflik, tujuan akhir Tuhan adalah menciptakan keselarasan dan kedamaian universal.

Untuk bangsa Israel sendiri, menerima berkat sebagai "milik pusaka-Ku" menegaskan kembali identitas dan status mereka di hadapan Tuhan. Namun, penekanan pada Mesir dan Asyur sebagai penerima berkat yang sama, mengingatkan Israel bahwa keberkatan mereka bukanlah untuk eksklusivitas semata, tetapi sebagai bagian dari rencana keselamatan Tuhan yang lebih besar bagi seluruh dunia. Dengan demikian, Yesaya 19:25 bukan hanya sekadar ayat penghiburan bagi Israel, tetapi juga sebuah visi ilahi tentang persatuan, kedamaian, dan berkat yang akan dicurahkan Tuhan atas seluruh ciptaan-Nya.