"Janganlah engkau membawa upah perempuan sundal atau harga anjing laki-laki ke dalam rumah TUHAN, Allahmu, untuk melaksanakan nazar apa pun, karena keduanya adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu."
Ayat Ulangan 23:18 merupakan sebuah instruksi penting dari Tuhan kepada umat-Nya mengenai kesucian dan kemurnian dalam segala aspek ibadah dan persembahan. Perintah ini menekankan bahwa segala sesuatu yang dipersembahkan atau dibawa ke hadirat Tuhan haruslah bersih dari unsur-unsur yang dianggap menjijikkan atau tidak murni menurut pandangan Ilahi. Upah dari pelacuran (perempuan sundal) dan uang hasil penjualan anjing laki-laki (yang dikaitkan dengan praktik penyembahan berhala atau hal-hal yang tidak etis) secara tegas dilarang untuk dibawa ke rumah Tuhan.
Penolakan terhadap persembahan semacam ini bukanlah sekadar masalah kebersihan fisik semata, melainkan mencerminkan kehendak Tuhan agar umat-Nya hidup dalam kekudusan dan keterpisahan dari praktik-praktik yang merendahkan martabat manusia serta menodai kesucian-Nya. Tuhan menghendaki persembahan yang lahir dari hati yang tulus, dari usaha yang jujur, dan dari kehidupan yang berkenan di hadapan-Nya. Membawa hasil dari tindakan dosa atau praktik yang tidak etis seolah-olah mencampurkan kekudusan Tuhan dengan kenajisan, sebuah hal yang tidak dapat ditoleransi oleh-Nya.
Pesan Ulangan 23:18 jauh melampaui sekadar larangan ritual. Ayat ini mengajarkan prinsip universal tentang pentingnya kejujuran dan integritas dalam setiap aspek kehidupan. Ketika kita berbicara tentang "harta" atau "upah," konteksnya bisa sangat luas. Ini mencakup cara kita mencari nafkah, cara kita berbisnis, dan bagaimana kita memperlakukan sesama. Tuhan melihat keseluruhan hidup kita, bukan hanya saat kita beribadah. Oleh karena itu, apa yang kita bawa ke hadirat Tuhan seharusnya adalah buah dari pekerjaan yang halal, dari tindakan yang adil, dan dari hati yang bersih.
Dalam dunia modern yang seringkali mendorong pragmatisme dan hasil instan, ayat ini menjadi pengingat yang kuat. Godaan untuk mengambil jalan pintas, untuk terlibat dalam praktik yang meragukan demi keuntungan pribadi, bisa sangat besar. Namun, firman Tuhan menegaskan bahwa Tuhan tidak akan ridha dengan keuntungan yang diperoleh dari cara-cara yang tidak benar. Keberlimpahan yang sejati bukanlah sekadar jumlah materi, tetapi kedamaian dan sukacita yang datang dari hidup sesuai dengan kebenaran dan kehendak Tuhan.
Lebih dalam lagi, ayat ini berbicara tentang kemurnian hati dan niat. Bahkan jika secara lahiriah persembahan itu tampak benar, jika motivasinya salah atau jika itu adalah hasil dari pelanggaran prinsip moral, Tuhan tidak akan menerimanya. Tuhan adalah Maha Mengetahui; Dia melihat hati. Ulangan 23:18 mendorong kita untuk memeriksa diri sendiri secara terus-menerus. Apakah sumber penghasilan kita bersih? Apakah cara kita mencapai tujuan kita adalah cara yang berkenan di hadapan Tuhan? Apakah kita menjaga integritas kita bahkan ketika tidak ada yang melihat?
Ayat ini juga mengingatkan kita bahwa Tuhan menghendaki kesalehan yang holistik. Ibadah yang sejati bukanlah sekadar ritual di tempat ibadah, tetapi gaya hidup yang mencerminkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam segala hal. Ketika kita hidup dengan jujur, adil, dan penuh kasih, seluruh hidup kita menjadi persembahan yang harum bagi Tuhan. Harta yang melimpah ruah yang Tuhan janjikan bukanlah hanya harta duniawi yang diperoleh dengan cara yang salah, tetapi kekayaan rohani, kedamaian batin, dan hubungan yang murni dengan Sang Pencipta.
Mari kita menjadikan Ulangan 23:18 sebagai panduan hidup kita, memastikan bahwa segala sesuatu yang kita persembahkan dan jalani adalah murni dan berkenan di hadapan Tuhan.