Ilustrasi: Simbol kemakmuran dan kegembiraan.
Ayat Ulangan 26:11 merupakan bagian dari instruksi Musa kepada bangsa Israel mengenai perayaan panen dan pemberian perpuluhan. Setelah mempersembahkan hasil panen pertama di hadapan Tuhan, bangsa Israel diperintahkan untuk bersukacita. Sukacita ini bukan sekadar luapan emosi sesaat, melainkan pengakuan mendalam atas kebaikan dan kemurahan Tuhan yang telah melimpahi mereka.
Konteks historisnya adalah masa ketika bangsa Israel telah memasuki Tanah Perjanjian, tanah yang melimpah ruah susu dan madu. Segala kemudahan dan kelimpahan yang mereka nikmati adalah anugerah dari Tuhan. Oleh karena itu, perayaan ini menjadi momen refleksi dan rasa syukur yang tulus. Perintah untuk bersukacita ini juga mencakup pengakuan terhadap partisipasi kaum Lewi, yang tidak memiliki tanah warisan, dan orang asing, yang merupakan pendatang di tengah-tengah mereka. Ini menunjukkan prinsip keadilan dan kepedulian sosial yang diajarkan oleh Tuhan.
Makna Ulangan 26:11 melampaui sekadar perayaan hasil panen. Ini adalah sebuah ajaran fundamental tentang sikap hati yang benar di hadapan Tuhan. Bersukacita di sini berarti mengakui bahwa segala sesuatu yang baik berasal dari sumber ilahi. Ini adalah penolakan terhadap kesombongan diri dan pengakuan akan ketergantungan kita kepada Tuhan. Dalam kehidupan modern, prinsip ini tetap relevan. Apapun berkat yang kita terima, baik itu kesehatan, keluarga, pekerjaan, atau talenta, semuanya adalah pemberian dari Tuhan.
Ayat ini juga mengajarkan pentingnya berbagi dan menyertakan orang lain dalam sukacita kita. Kaum Lewi dan orang asing yang disebutkan dalam ayat ini mewakili mereka yang mungkin kurang beruntung atau berbeda dari mayoritas. Ajaran ini menginspirasi kita untuk tidak menjadi egois dalam keberhasilan kita, melainkan untuk memperluas sukacita dan berkat kepada mereka yang membutuhkan. Ini adalah manifestasi dari kasih kepada sesama dan pengakuan bahwa kita semua adalah bagian dari ciptaan Tuhan yang saling terhubung.
Bagaimana kita dapat menerapkan Ulangan 26:11 dalam kehidupan sehari-hari? Pertama, mari kita belajar untuk lebih peka terhadap berkat-berkat Tuhan di sekitar kita, sekecil apapun itu. Mulailah hari dengan rasa syukur atas napas yang kita hirup, atas kesempatan baru, dan atas orang-orang yang kita kasihi. Kedua, jadikan momen-momen keberhasilan dan kelimpahan sebagai waktu untuk tidak hanya bersyukur secara pribadi, tetapi juga untuk memikirkan bagaimana kita dapat berbagi kebaikan itu.
Memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan, berbagi ilmu atau pengalaman, atau sekadar menunjukkan kebaikan hati adalah cara-cara nyata untuk mewujudkan sukacita yang inklusif. Ingatlah bahwa Tuhan memberkati kita agar kita bisa menjadi berkat bagi orang lain. Ulangan 26:11 mengingatkan kita bahwa sukacita sejati tidak hanya ditemukan dalam menerima, tetapi juga dalam memberi dan dalam mengakui bahwa segala kebaikan adalah anugerah yang patut disyukuri bersama.