Lalu Yakub menaikkan kaki-kakinya dan naiklah orang Israel, yaitu ayah Yakub, beserta seluruh harta bendanya, ke Mesir.
Kisah yang tercatat dalam Kejadian 46:5 merupakan momen krusial dalam narasi Alkitab. Ayat ini menandai awal dari sebuah babak baru bagi keluarga Yakub, sebuah perpindahan besar-besaran dari tanah Kanaan yang sudah mereka kenal, menuju Mesir yang asing. Keputusan untuk pindah ini tidak diambil dengan gegabah, melainkan melalui serangkaian peristiwa yang kompleks, termasuk kelaparan hebat yang melanda negeri Kanaan dan janji ilahi yang diberikan kepada Yakub.
Kita bisa membayangkan perasaan campur aduk yang dialami Yakub dan keluarganya. Di satu sisi, ada kelegaan karena adanya solusi untuk kelaparan yang mengancam nyawa mereka, sebuah solusi yang ditawarkan oleh Yusuf, putra kesayangannya yang telah lama hilang dan kini menjabat sebagai orang nomor dua di Mesir. Di sisi lain, perpindahan ini berarti meninggalkan tanah perjanjian mereka, tempat di mana nenek moyang mereka, Abraham dan Ishak, pernah menerima janji dari Tuhan. Meninggalkan tanah leluhur untuk hidup di negeri orang lain tentu bukan perkara mudah.
Sebuah karavan bergerak melintasi gurun pasir menuju siluet piramida di kejauhan.
Firman Tuhan yang diucapkan kepada Yakub memberikan kepastian dan keberanian. Dalam Kejadian 46:3-4, Tuhan berfirman, "Janganlah takut turun ke Mesir, sebab di sana Aku akan menjadikan engkau bangsa yang besar. Akulah yang akan menyertai engkau turun ke Mesir, dan Akulah juga yang akan membawa engkau kembali. Dan tangan Yusuf akan menghapus air mata dari matamu." Pernyataan ini bukan hanya janji perlindungan, tetapi juga penegasan kembali tujuan ilahi bagi keturunan Yakub. Meskipun akan ada masa sulit di Mesir, Tuhan tidak meninggalkan mereka, dan bahkan melalui kesulitan itu, janji-Nya akan terwujud.
Ayat 5, "Lalu Yakub menaikkan kaki-kakinya dan naiklah orang Israel, yaitu ayah Yakub, beserta seluruh harta bendanya, ke Mesir," menunjukkan tindakan ketaatan. Setelah menerima firman dan kepastian, Yakub tidak ragu-ragu. Ia segera mengumpulkan keluarganya dan semua yang mereka miliki untuk memulai perjalanan. Ini adalah gambaran ketaatan yang didasari oleh iman. Iman bahwa Tuhan berdaulat atas segala keadaan dan memiliki rencana yang baik, bahkan ketika kenyataan di depan mata terlihat menakutkan atau tidak pasti. Seluruh keluarga, termasuk para cucu yang masih kecil, semua ikut serta dalam perjalanan monumental ini.
Perpindahan ke Mesir ini menjadi awal dari 400 tahun kehadiran bangsa Israel di tanah Mesir. Periode ini, meskipun pada akhirnya diwarnai perbudakan, juga menjadi masa pertumbuhan populasi yang luar biasa bagi keturunan Yakub, sesuai dengan janji Tuhan. Dari satu keluarga kecil yang terdiri dari sekitar 70 jiwa (termasuk Yusuf dan anak-anaknya), mereka berkembang menjadi bangsa yang besar, yang kemudian akan dibebaskan oleh Tuhan melalui Musa.
Kejadian 46:5 mengingatkan kita bahwa iman sering kali menuntut kita untuk melangkah keluar dari zona nyaman. Terkadang, "tanah perjanjian" yang kita kenal harus ditinggalkan sementara demi sebuah rencana yang lebih besar yang sedang dikerjakan oleh Tuhan. Perjalanan ini, meskipun penuh ketidakpastian, diiringi dengan janji penyertaan dan tujuan ilahi. Ketaatan Yakub, yang digambarkan dengan "menaikkan kaki-kakinya," adalah contoh bagi kita untuk percaya dan melangkah maju ketika Tuhan memimpin, meskipun jalannya belum sepenuhnya terlihat jelas.