Ulangan 26:17: Penegasan Perjanjian TUHAN

"Pada hari ini engkau menyatakan, bahwa TUHAN adalah Allahmu dan bahwa engkau akan hidup menurut jalan-jalan-Nya, menurut perintah-perintah-Nya, menurut ketetapan-ketetapan-Nya dan menurut peraturan-peraturan-Nya, dan bahwa engkau akan mendengarkan suara-Nya;"

Ilustrasi simbol kesetiaan dan ketaatan.

Makna Mendalam di Balik Firman

Ayat Ulangan 26:17 merupakan sebuah pernyataan fundamental yang diucapkan oleh umat Israel sebagai pengakuan atas perjanjian mereka dengan TUHAN. Ini bukan sekadar ritual keagamaan biasa, melainkan sebuah komitmen yang diikrarkan di hadapan Allah dan seluruh bangsa. Pernyataan ini menekankan dua aspek krusial: pengakuan akan identitas ilahi TUHAN sebagai satu-satunya Allah Israel, dan komitmen untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Kalimat "Pada hari ini engkau menyatakan, bahwa TUHAN adalah Allahmu" menegaskan pilihan umat Israel. Mereka tidak dipaksa, melainkan secara sadar memilih untuk mengakui TUHAN sebagai sumber keberadaan, perlindungan, dan segala berkat mereka. Ini adalah penolakan terhadap segala bentuk penyembahan berhala dan pengakuan bahwa hanya TUHAN yang layak disembah. Dalam konteks sejarah Israel, pengakuan ini seringkali diucapkan setelah pengalaman pembebasan dari Mesir, sebagai ungkapan syukur dan penegasan kembali iman mereka.

Komitmen untuk Ketaatan

Bagian kedua dari ayat ini, "dan bahwa engkau akan hidup menurut jalan-jalan-Nya, menurut perintah-perintah-Nya, menurut ketetapan-ketetapan-Nya dan menurut peraturan-peraturan-Nya, serta mendengarkan suara-Nya," menggambarkan konsekuensi logis dari pengakuan iman tersebut. Mengakui TUHAN sebagai Allah berarti menerima otoritas-Nya atas seluruh aspek kehidupan. Jalan-jalan-Nya, perintah-Nya, ketetapan-Nya, dan peraturan-Nya adalah panduan hidup yang diberikan Allah untuk kesejahteraan umat-Nya. Ketaatan terhadap semua ini bukan bertujuan untuk "mendapatkan" kasih karunia Allah, sebab kasih karunia itu sudah diberikan secara cuma-cuma melalui perjanjian, melainkan sebagai respons yang tulus terhadap kasih dan pemeliharaan Allah.

"Mendengarkan suara-Nya" adalah inti dari ketaatan. Ini menyiratkan sikap hati yang mau belajar, taat, dan merespons firman serta tuntunan Allah. Dalam praktik sehari-hari, ini berarti menerapkan prinsip-prinsip ilahi dalam hubungan pribadi, sosial, ekonomi, dan spiritual. Ketaatan yang dimaksud bukanlah kepatuhan buta, melainkan pemahaman yang didasari oleh iman dan kasih, yang tumbuh dari hubungan yang erat dengan Sang Pencipta.

Relevansi untuk Masa Kini

Meskipun ayat ini berasal dari konteks perjanjian lama, maknanya tetap relevan bagi umat percaya masa kini. Pernyataan serupa dapat diartikan sebagai pengakuan pribadi akan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, serta komitmen untuk hidup dalam ajaran-ajaran-Nya. Mengakui Kristus sebagai Tuhan berarti menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya, mengikuti jalan-Nya, menaati perintah-perintah-Nya, dan senantiasa mendengarkan suara Roh Kudus yang memimpin kita.

Ulangan 26:17 mengingatkan kita bahwa iman yang sejati tidak hanya bersifat deklaratif, tetapi juga harus tercermin dalam gaya hidup. Sebuah iman yang hanya di bibir tanpa tindakan ketaatan adalah iman yang mati. Oleh karena itu, mari kita senantiasa merenungkan firman ini sebagai panggilan untuk terus memperbaharui komitmen kita kepada TUHAN, dan hidup sesuai dengan kebenaran-Nya di setiap aspek kehidupan kita.