"Dan orang-orang Lewi harus menjawab dengan suara keras kepada setiap orang Israel: 'Terkutuklah orang yang membuat patung pahatan atau patung tuangan, yang dijijikkan oleh TUHAN, buatan tangan seorang tukang, dan mendirikannya di tempat tersembunyi.' Dan seluruh rakyat harus menjawab: 'Amin.'"
Ayat ini, Ulangan 27:14, merupakan bagian dari serangkaian kutuk yang diucapkan oleh orang-orang Lewi di Gunung Ebal, sebagai tanggapan terhadap perintah Tuhan yang diberikan kepada Musa. Peristiwa ini merupakan penegasan kembali perjanjian antara Tuhan dengan bangsa Israel saat mereka bersiap memasuki Tanah Perjanjian. Konteksnya adalah sebuah upacara khidmat yang dirancang untuk menekankan pentingnya ketaatan terhadap hukum Taurat dan konsekuensi dari ketidaktaatan.
Fokus utama dari ayat ini adalah kutukan terhadap tindakan membuat berhala. Membuat patung pahatan atau patung tuangan yang dianggap sebagai "jijik oleh TUHAN" dan "buatan tangan seorang tukang" adalah bentuk penyembahan berhala yang secara tegas dilarang dalam Sepuluh Perintah Allah. Tuhan menghendaki umat-Nya untuk menyembah Dia semata, tanpa menyertakan gambar atau objek buatan manusia yang dapat menggantikan kekudusan dan keagungan-Nya. Penggunaan frasa "di tempat tersembunyi" menyiratkan bahwa praktik ini sering kali dilakukan secara diam-diam, menunjukkan kesadaran akan kesalahannya tetapi tetap dilakukan.
Respon "Amin" dari seluruh rakyat merupakan penegasan persetujuan dan penerimaan mereka terhadap kebenaran dan kekuatan kutukan tersebut. Ini bukan berarti mereka merayakan kutukan, melainkan mereka mengakui keadilan Tuhan dan konsekuensi yang mengiringi pelanggaran perintah-Nya. Ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya kemurnian penyembahan kepada Tuhan. Di era modern, penyembahan berhala mungkin tidak selalu berbentuk patung fisik, tetapi bisa juga dalam bentuk lain seperti keserakahan, kekuasaan, ketenaran, atau bahkan pemujaan terhadap diri sendiri yang menggeser posisi Tuhan dalam hidup kita.
Kutukan ini berfungsi sebagai peringatan yang kuat. Ia mengingatkan bahwa ketaatan kepada Tuhan membawa berkat, sementara ketidaktaatan, terutama dalam hal penyembahan, mendatangkan kutukan. Ayat Ulangan 27:14 menekankan bahwa Tuhan menuntut kesetiaan eksklusif. Melanggar perintah ini bukan hanya tindakan sepele, tetapi sesuatu yang membawa konsekuensi serius dan mendatangkan murka ilahi. Oleh karena itu, umat percaya dipanggil untuk senantiasa menjaga hati dan pikiran mereka agar tidak terjerumus dalam bentuk-bentuk penyembahan yang salah, melainkan memelihara hubungan yang murni dan tulus dengan Sang Pencipta. Keseluruhan bab Ulangan 27 merupakan pengingat akan dualitas kehidupan rohani: ada berkat bagi yang taat dan kutuk bagi yang durhaka.