"Dan bangkai segala binatang yang menjadi makananmu, tidak boleh dimakan orang; sebab bangkai itu akan menjadi kekejian bagi kamu, dan bangkai segala binatang yang dijual atau dibeli oleh orang akan menjadi kekejian bagi kamu. Aku, TUHAN, yang menyucikan kamu."
Ayat Ulangan 28:26 merupakan bagian dari pasal yang panjang lebar yang menguraikan berkat-berkat bagi umat yang taat dan kutuk-kutuk bagi mereka yang tidak setia kepada Tuhan. Dalam konteks ini, ayat tersebut secara spesifik berbicara tentang peraturan najis dan aturan makanan yang diberikan kepada bangsa Israel. Perintah ini bukan sekadar larangan makan, melainkan memiliki makna teologis dan praktis yang mendalam.
Pada masa itu, kesehatan masyarakat menjadi perhatian utama. Hewan yang mati secara alami atau karena sebab yang tidak diketahui bisa jadi mengandung penyakit atau bakteri berbahaya. Dengan melarang konsumsi hewan yang bangkai, Tuhan melindungi umat-Nya dari potensi bahaya kesehatan. Ini adalah manifestasi dari kasih dan pemeliharaan-Nya terhadap umat pilihan-Nya, memastikan mereka hidup sehat dan kuat.
Lebih dari sekadar aspek kesehatan, larangan ini juga merupakan bagian dari proses pemisahan umat Israel dari bangsa-bangsa lain di sekitar mereka. Bangsa-bangsa lain memiliki praktik keagamaan dan kebiasaan makan yang berbeda. Dengan menetapkan aturan makanan yang spesifik, Tuhan membedakan Israel sebagai umat yang kudus, yang dikhususkan untuk melayani Dia. Kebiasaan ini membantu mereka untuk terus mengingat identitas mereka sebagai umat Tuhan dan menjauhkan diri dari penyembahan berhala dan praktik-praktik yang tidak berkenan.
Ayat ini menegaskan bahwa Tuhan adalah sumber kesucian. Frasa "Aku, TUHAN, yang menyucikan kamu" menunjukkan bahwa Tuhan tidak hanya memberikan peraturan, tetapi juga berkuasa untuk membuat umat-Nya kudus. Kesucian bukanlah sesuatu yang dicapai sendiri, melainkan sebuah pemberian dari Tuhan bagi mereka yang mau mengikut-Nya. Kehidupan yang kudus adalah cerminan dari hubungan yang benar dengan Sang Pencipta.
Meskipun peraturan spesifik mengenai bangkai binatang mungkin tidak berlaku sama persis bagi umat Kristen saat ini, prinsip di balik ayat ini tetap relevan. Prinsipnya adalah tentang ketaatan kepada Tuhan, menjaga kekudusan diri, dan menjauhi apa pun yang dapat merusak hubungan kita dengan-Nya atau membahayakan kesejahteraan kita. Dalam arti yang lebih luas, kita dipanggil untuk menguji segala sesuatu yang masuk ke dalam kehidupan kita—baik itu informasi, hiburan, maupun gaya hidup—dan membedakan mana yang membangun dan mana yang merusak.
Menjaga kekudusan hidup berarti menjauhi dosa dan segala sesuatu yang dapat membawa kita menjauh dari Tuhan. Sama seperti Tuhan memisahkan Israel untuk diri-Nya sendiri, kita juga dipanggil untuk hidup sebagai umat yang dikuduskan, yang memuliakan Dia dalam segala aspek kehidupan kita. Ketaatan pada firman-Nya, sekalipun terkadang terasa membatasi, pada akhirnya membawa pada berkat dan kehidupan yang lebih baik, karena itu berasal dari Tuhan yang mengasihi dan peduli.