Ulangan 3:28 - Ajaran Keselamatan Kekal

"Tetapi berilah perintah kepada Yosua, kuatkanlah dan teguhkanlah hatinya, sebab dialah yang akan memimpin bangsa ini menyeberangi sungai itu dan yang akan membagikan kepada mereka negeri itu menjadi warisan."
Yosua memimpin bangsa menyeberangi sungai menuju tanah perjanjian.

Ayat Ulangan 3:28 merupakan momen penting dalam narasi Alkitab, di mana Musa yang sudah tua menugaskan Yosua untuk mengambil alih kepemimpinannya. Perintah ini bukan sekadar pergantian posisi, melainkan sebuah mandat ilahi yang sarat dengan makna teologis mendalam. Musa, yang telah memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dan mengarungi padang gurun selama empat dekade, diberi tahu oleh Tuhan bahwa ia tidak akan memasuki Tanah Perjanjian. Namun, beban kepemimpinan itu tidak dibiarkan jatuh begitu saja. Tuhan, dalam kasih dan kebijaksanaan-Nya, telah mempersiapkan seorang penerus: Yosua.

Pesan Kepemimpinan dan Keberanian

Perintah Musa kepada Yosua adalah tentang peneguhan hati. "Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu" diulang dua kali, menekankan betapa beratnya tugas yang akan dihadapi Yosua. Ia tidak hanya harus memimpin bangsa yang seringkali keras kepala dan meragukan, tetapi juga harus memimpin mereka dalam sebuah kampanye militer untuk merebut tanah yang dijanjikan Tuhan. Ini adalah tugas yang membutuhkan keberanian luar biasa, iman yang teguh, dan ketundukan mutlak pada pimpinan Tuhan. Perintah ini mengajarkan bahwa kepemimpinan yang efektif dalam skala besar tidak bisa lepas dari kekuatan batin dan keyakinan yang kokoh pada visi yang lebih besar.

Peran Yosua bukan hanya sebagai seorang jenderal perang, tetapi lebih penting lagi, sebagai agen pemenuhan janji Tuhan. Ia adalah orang yang akan memastikan bangsa Israel menerima "negeri itu menjadi warisan" mereka. Ini adalah warisan yang dijanjikan Tuhan kepada Abraham, Ishak, dan Yakub, sebuah janji yang telah lama dinantikan. Ketaatan Yosua pada mandat ini akan menjadi jembatan antara janji dan penggenapannya. Ia harus memimpin bukan hanya dengan kekuatan militer, tetapi juga dengan iman yang memindahkan gunung, atau dalam kasus ini, membelah sungai dan meruntuhkan tembok kota.

Implikasi Keselamatan Kekal

Dalam konteks yang lebih luas, kisah Yosua memasuki Tanah Perjanjian dapat dilihat sebagai gambaran awal dari konsep keselamatan kekal. Tanah Perjanjian bukanlah sekadar tempat fisik, melainkan representasi dari keadaan yang diberkati dan hubungan yang dipulihkan dengan Tuhan. Perjalanan keluar dari Mesir (dunia dosa) menuju Tanah Perjanjian (keadaan yang diberkati) mencerminkan perjalanan rohani seorang percaya dari kehidupan dalam dosa menuju hidup kekal bersama Tuhan.

Yosua, yang memimpin bangsa menyeberang, melambangkan Kristus yang melalui pengorbanan-Nya membuka jalan bagi umat manusia untuk menerima "warisan" yang kekal. Seperti Yosua yang menguatkan hati bangsa Israel dan memimpin mereka dengan iman, Kristus menguatkan hati para pengikut-Nya untuk menghadapi tantangan hidup ini dan meyakinkan mereka akan janji kehidupan kekal. Kegagalan untuk mengikuti Yosua berarti kehilangan kesempatan untuk menerima warisan. Demikian pula, penolakan terhadap Kristus berarti kehilangan kesempatan untuk keselamatan abadi. Ulangan 3:28 mengingatkan kita bahwa ada penugasan, ada tantangan, dan ada janji yang menanti bagi mereka yang berani mengikuti pimpinan ilahi.

Ketaatan dan keberanian Yosua menjadi teladan bagi setiap orang yang dipanggil untuk melayani dan memimpin. Tugas yang diberikan Tuhan mungkin terasa berat, namun janji bahwa Ia akan menyertai dan memberikan kemenangan adalah jaminan yang tak tergoyahkan. Ulangan 3:28 adalah seruan untuk iman yang aktif, keberanian yang tak kenal takut, dan harapan yang teguh pada janji-janji Tuhan yang setia.