"Dan setelah Musa selesai menuliskan segala perkataan Taurat itu dalam sebuah kitab sampai selesai,"
Ayat Ulangan 31:24 mencatat momen krusial dalam sejarah bangsa Israel. Ini adalah titik di mana Musa, hamba setia Tuhan, menyelesaikan tugas besar yang diembannya: menuliskan seluruh perkataan Taurat Tuhan. Kata "kitab" di sini bukan sekadar kumpulan catatan, melainkan fondasi hukum, panduan moral, dan janji ilahi yang akan membentuk identitas bangsa pilihan ini untuk generasi mendatang.
Penyelesaian kitab Taurat ini bukanlah sebuah akhir, melainkan permulaan dari babak baru. Musa, di bawah ilham Ilahi, telah mengabadikan firman Tuhan agar tidak hilang ditelan zaman. Tindakan ini menunjukkan betapa pentingnya kesaksian tertulis dalam meneruskan ajaran dan kehendak Tuhan. Ia memastikan bahwa generasi yang akan datang, yang belum pernah mendengar suara Tuhan langsung di Gunung Sinai, memiliki referensi yang jelas dan otoritatif mengenai cara hidup yang berkenan kepada-Nya.
Kita dapat merenungkan dedikasi Musa. Meskipun ia tahu bahwa akhir masanya di dunia ini sudah dekat, ia tetap fokus pada amanat terakhirnya untuk menuliskan Taurat. Ini adalah teladan kesetiaan dan tanggung jawab yang luar biasa. Betapa pentingnya sebuah tugas yang dipercayakan kepada kita, terutama yang berkaitan dengan kebenaran ilahi, sehingga kita harus menyelesaikannya dengan segenap hati dan tenaga, bahkan di saat-saat terakhir kehidupan kita.
Dalam konteks kekinian, Ulangan 31:24 mengingatkan kita tentang nilai Firman Tuhan yang tertulis. Kitab Suci, yang berisi firman-firman Tuhan yang diinspirasikan, adalah peta jalan spiritual kita. Sama seperti bangsa Israel membutuhkan Taurat yang ditulis oleh Musa, kita pun membutuhkan Alkitab sebagai panduan dalam menjalani hidup, memahami kehendak Tuhan, dan menemukan pengharapan.
Tugas kita hari ini adalah untuk tidak hanya menerima firman yang sudah tertulis, tetapi juga untuk membacanya, merenungkannya, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ini juga berarti kita memiliki tanggung jawab untuk meneruskan Firman ini kepada generasi berikutnya. Apakah kita meluangkan waktu untuk mengajarkan kebenaran-kebenaran Alkitab kepada anak-anak kita? Apakah kita membagikan firman pengharapan kepada orang-orang di sekitar kita yang mungkin sedang bergumul?
Musa menyelesaikan tugasnya dengan setia. Marilah kita meneladani semangatnya dalam menghargai, mempelajari, dan menyebarkan Firman Tuhan. Kitab Suci adalah karunia yang tak ternilai, sebuah sumber kebijaksanaan dan kekuatan yang abadi. Dengan berpegang teguh pada ajaran-ajarannya, kita dapat berjalan dengan teguh di hadapan Tuhan dan mengalami berkat-berkat-Nya dalam setiap langkah kehidupan kita.