"Ambillah kitab Taurat ini dan letakkanlah di samping tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, supaya menjadi saksi terhadap engkau."
Ayat Ulangan 31:26 ini merupakan bagian penting dari penutup kitab Ulangan, sebuah momen krusial di mana Musa menyampaikan pesan-pesan terakhirnya kepada bangsa Israel sebelum mereka memasuki Tanah Perjanjian. Perintah untuk mengambil kitab Taurat dan meletakkannya di samping tabut perjanjian bukanlah sekadar tindakan simbolis, melainkan memiliki makna teologis dan historis yang sangat dalam. Kitab Taurat, yang berisi hukum-hukum dan perintah Allah, adalah inti dari hubungan perjanjian antara Allah dan umat-Nya.
Meletakkan kitab Taurat di samping tabut perjanjian, tempat Mahakudus di mana loh batu berisi Sepuluh Perintah Allah disimpan, menekankan bahwa firman Allah adalah fondasi dari perjanjian tersebut. Tabut itu sendiri adalah lambang kehadiran Allah di antara umat-Nya, dan kitab Taurat yang diletakkan di sampingnya menggarisbawahi bahwa kehadiran Allah selalu disertai dengan firman-Nya. Perintah ini juga menunjukkan bahwa firman Allah harus selalu dekat dengan umat-Nya, mudah diakses, dan menjadi pengingat konstan akan kewajiban dan janji Allah.
Ayat ini secara eksplisit menyatakan bahwa kitab Taurat akan menjadi "saksi terhadap engkau". Saksi di sini memiliki makna yang luas. Pertama, ia bersaksi tentang kesetiaan Allah yang telah memberikan hukum-Nya demi kebaikan umat-Nya. Kedua, ia bersaksi tentang tanggung jawab umat Israel untuk menaati hukum tersebut. Ketidaktaatan akan membawa konsekuensi, sebagaimana akan diuraikan lebih lanjut dalam bab-bab berikutnya dari Ulangan.
Namun, teks ini juga dapat dipahami dalam konteks yang lebih luas lagi. Kitab Taurat bukan hanya saksi bagi generasi Israel kuno, tetapi juga bagi setiap generasi berikutnya yang mempelajari dan merenungkan firman Tuhan. Bagi umat Kristen, kitab Taurat memberikan latar belakang pemahaman akan karya penebusan Yesus Kristus. Yesus sendiri menggenapi hukum Taurat, dan melalui pengorbanan-Nya, Ia menyediakan jalan pengampunan dan pemulihan hubungan dengan Allah, sebuah pemenuhan dari janji-janji perjanjian yang terkandung dalam firman-Nya.
Oleh karena itu, ulangan 31:26 mengingatkan kita akan kekekalan dan otoritas firman Tuhan. Dalam dunia yang terus berubah, firman Allah tetap menjadi jangkar yang kokoh, mercusuar yang menerangi jalan, dan kesaksian abadi tentang kasih, keadilan, dan kedaulatan-Nya. Menghormati dan menempatkan firman Tuhan pada tempat yang terhormat dalam kehidupan kita adalah sebuah tindakan ketaatan dan pengakuan akan kebenaran-Nya yang tak tergoyahkan.
Memiliki kitab suci di rumah, membacanya secara teratur, merenungkannya, dan membagikannya dengan orang lain adalah cara modern untuk menempatkan "kitab Taurat" ini di "samping tabut perjanjian" dalam konteks kehidupan kita. Ia menjadi pengingat akan hubungan kita dengan Tuhan dan komitmen kita untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Kebenaran yang terkandung di dalamnya adalah cahaya yang tak pernah padam, menerangi setiap langkah perjalanan iman kita.