"Dengarlah, hai langit, dan perhatikanlah, hai bumi, sebab TUHAN berfirman: "Aku membesarkan anak-anak dan memeliharanya, tetapi mereka memberontak terhadap Aku. Lembu mengenal pemiliknya, keledai mengenal palungan tuannya, tetapi Israel tidak mengenal, umat-Ku tidak mengerti." (Ulangan 32:1-2)
Kitab Ulangan, khususnya pasal 32 hingga 46, menyajikan bagian penutup dari pesan-pesan Musa kepada bangsa Israel sebelum mereka memasuki Tanah Perjanjian. Pasal-pasal ini penuh dengan makna mendalam, menggabungkan ungkapan syukur atas kesetiaan Allah dengan peringatan keras mengenai konsekuensi ketidaktaatan. Bagian ini sering disebut sebagai "Nyanyian Musa," sebuah syair yang merangkum sejarah hubungan Allah dengan umat-Nya, sekaligus nubuat masa depan.
Ayat-ayat awal, seperti yang dikutip di atas, langsung menyoroti inti dari ajaran Musa: Allah telah begitu murah hati dan setia kepada Israel, namun mereka sering kali lupa dan memberontak. Metafora tentang hewan yang mengenali tuannya dibandingkan dengan ketidakpedulian Israel sangatlah kuat, menunjukkan betapa kontrasnya kesetiaan Allah dengan ketidaksetiaan umat-Nya. Musa mengingatkan mereka bahwa pemeliharaan dan perlindungan yang mereka terima adalah bukti kasih karunia Allah yang tak terhingga.
Seiring berjalannya pasal-pasal ini, Musa tidak hanya berbicara tentang masa lalu, tetapi juga masa depan. Ia memperingatkan bahwa jika Israel terus berpaling dari Allah, mereka akan menghadapi kesulitan dan hukuman yang berat. Hukuman ini bukanlah tindakan kebencian dari Allah, melainkan konsekuensi alami dari menjauhkan diri dari sumber kehidupan dan kebaikan. Namun, bahkan di tengah peringatan yang keras, janji pemulihan selalu ada. Allah tidak pernah sepenuhnya meninggalkan umat-Nya, dan selalu ada harapan bagi mereka yang bertobat dan kembali kepada-Nya.
Pasal 34, yang secara singkat menceritakan kematian Musa, menandai akhir dari sebuah era. Musa, setelah melihat Tanah Perjanjian dari kejauhan, menyerahkan kepemimpinan kepada Yosua. Peran Yosua dalam memimpin bangsa Israel memasuki Kanaan dan membagi tanah tersebut menjadi fokus utama pasal-pasal berikutnya. Ketaatan Yosua kepada firman Allah menjadi contoh penting bagi generasi mendatang.
Secara keseluruhan, Ulangan 32-46 mengajarkan pelajaran yang universal dan abadi. Ini adalah pengingat bahwa hubungan dengan Tuhan dibangun di atas dasar kesetiaan, ketaatan, dan kasih. Ketika kita setia kepada-Nya, kita diberkati dan dilindungi. Namun, ketika kita berpaling dan mengabaikan perintah-Nya, kita menghadapi konsekuensi. Inti dari pesan ini adalah panggilan untuk terus mengingat karya besar Allah, menghargai kasih setia-Nya, dan memilih untuk hidup dalam ketaatan. Ini adalah peringatan yang relevan bagi setiap orang, di setiap zaman, untuk senantiasa menjaga hubungan yang erat dengan Pencipta.