Lalu naiklah Musa dari dataran Moab ke Gunung Nebo, ke puncak Pisga, yang di pertawakan terhadap Bet-Peor. TUHAN menunjukkan kepadanya seluruh negeri itu, mulai dari Gilead sampai ke Dan.
Kisah Musa yang naik ke Gunung Nebo, dan dari puncaknya dijamah oleh pandangan Tuhan akan tanah perjanjian, adalah salah satu momen paling dramatis dan menyentuh dalam narasi Alkitab. Ayat pertama dari Ulangan pasal 34 ini bukan sekadar deskripsi geografis, melainkan sebuah pintu gerbang menuju pemahaman yang lebih dalam tentang kepemimpinan, pengabdian, dan janji Tuhan. Musa, yang telah memimpin umat Israel selama empat puluh tahun melalui padang gurun, kini berada di ambang akhir perjalanannya. Ia telah menghadapi pemberontakan, ketidakpercayaan, dan kerinduan yang mendalam akan tanah yang dijanjikan, namun ia sendiri tidak akan pernah menginjakkan kaki di sana.
Pandangan yang diberikan Tuhan kepada Musa di puncak Pisga merupakan sebuah wahyu. Bukan sekadar pemandangan visual yang indah, tetapi sebuah penglihatan yang mencakup seluruh janji Tuhan kepada Abraham, Ishak, dan Yakub. Dari Gilead yang subur di utara hingga ke Dan yang terbentang luas, Musa diperlihatkan gambaran tentang tanah yang telah diperjuangkan dan dinanti-nantikan oleh umatnya. Ini adalah momen untuk mengonfirmasi kesetiaan Tuhan pada janji-Nya, meskipun kepemimpinan Musa harus berakhir di dataran Moab.
Renungan dari Ulangan 34:1 mengajak kita untuk memikirkan tentang visi dan tujuan hidup. Seperti Musa, seringkali kita diberi gambaran tentang apa yang dapat kita capai atau apa yang Tuhan inginkan untuk kita. Namun, perjalanan menuju pencapaian visi tersebut seringkali penuh dengan tantangan dan mungkin berakhir di tempat yang tidak terduga. Penting untuk diingat bahwa fokus utama bukanlah pada pencapaian pribadi semata, melainkan pada kesetiaan kepada Tuhan dan penggenapan kehendak-Nya.
Bagi Musa, meskipun keinginannya pribadi untuk masuk ke tanah Kanaan tidak terpenuhi, ia diberikan penghiburan dan kepuasan tertinggi. Ia melihat janji itu hidup dan akan digenapi melalui kepemimpinan Yosua. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya untuk tidak terikat pada skenario pribadi kita, tetapi untuk merangkul rencana Tuhan, bahkan ketika itu berarti menyerahkan tongkat estafet kepada generasi berikutnya. Kematian Musa di Gunung Nebo adalah sebuah penutup yang khidmat, namun juga awal dari babak baru bagi bangsa Israel.
Keindahan pemandangan dari Gunung Nebo yang digambarkan dalam ayat ini juga bisa melambangkan harapan dan perspektif yang lebih luas. Kadang-kadang, kita perlu naik sedikit lebih tinggi, mencari sudut pandang yang berbeda, untuk melihat gambaran yang lebih besar dari kehidupan kita. Melihat jauh melampaui kesulitan saat ini, dan mengarahkan pandangan pada janji-janji Tuhan yang lebih besar. Ini adalah undangan untuk mempercayai bahwa Tuhan memiliki rencana yang indah, bahkan ketika kita tidak dapat melihat seluruh jalannya.