Ulangan 4:13

"Dan TUHAN menuliskan hukum itu pada kedua loh batu, dan memberikannya kepadaku." (Ulangan 5:22)

Ayat Ulangan 4:13 merujuk pada momen penting dalam sejarah bangsa Israel, ketika Allah memberikan hukum-Nya kepada mereka. Peristiwa ini bukan sekadar pencatatan peraturan semata, melainkan penegasan akan perjanjian yang mendalam antara Sang Pencipta dan umat pilihan-Nya. Pemberian hukum pada dua loh batu, yang kemudian disebut Sepuluh Perintah Allah, merupakan fondasi moral dan spiritual bagi kehidupan Israel, dan terus menjadi rujukan penting bagi pemahaman iman hingga kini. Ulangan 5:22 (yang dikutip di atas untuk konteks) menegaskan kembali fakta historis ini, bahwa Allah sendiri yang secara pribadi menuliskan firman-Nya.

Dalam Ulangan 4, konteksnya lebih luas lagi. Musa sedang mengingatkan bangsa Israel tentang pentingnya menaati perintah-perintah Allah yang telah diberikan di Gunung Horeb. Ia menekankan bahwa ketaatan ini akan membawa berkat dan pengertian bagi mereka di mata bangsa-bangsa lain. Hukum yang diberikan Allah bukanlah beban, melainkan panduan hidup yang penuh hikmat, dirancang untuk menjaga mereka tetap dalam kebenaran dan kesucian. Ketika Allah menuliskan hukum pada loh batu, ini menandakan sifat hukum yang kekal dan tak berubah, bukti keseriusan Allah dalam menetapkan kehendak-Nya bagi umat-Nya.

Makna Hikmat dalam Pemberian Hukum

Pemberian hukum ini sering kali diinterpretasikan sebagai titik awal dari kehidupan yang berhikmat. Hikmat yang dimaksud di sini bukanlah sekadar kecerdasan atau pengetahuan duniawi, melainkan pemahaman mendalam tentang kehendak Allah dan cara hidup yang berkenan kepada-Nya. Hukum Taurat, yang mencakup perintah-perintah moral, sosial, dan ibadah, adalah ekspresi dari hikmat ilahi. Dengan menaati hukum ini, bangsa Israel diharapkan dapat hidup dengan cara yang mencerminkan karakter Allah sendiri, menjadi umat yang berbeda dan kudus di tengah dunia.

Musa menekankan berulang kali bahwa hukum ini harus diajarkan kepada anak cucu mereka. Ini menunjukkan bahwa hikmat ilahi bersifat turun-temurun dan perlu dipelihara melalui generasi ke generasi. Ulangan 4:13 mendorong kita untuk memandang hukum Allah bukan sebagai seperangkat aturan kaku, melainkan sebagai sumber hikmat yang kaya, yang jika dipelajari dan ditaati, akan membawa kehidupan yang berkelimpahan dan hubungan yang harmonis dengan Tuhan serta sesama.

Pentingnya Menjaga dan Mengajarkan

Kisah pemberian hukum pada loh batu menggarisbawahi pentingnya menjaga firman Tuhan dalam hati dan pikiran. Ini bukan tugas yang mudah, mengingat sifat manusia yang cenderung lupa dan memberontak. Namun, komitmen Allah untuk menuliskan hukum-Nya sendiri menunjukkan betapa berharganya hal tersebut. Ia menyediakan sarana bagi kita untuk memahami kebenaran-Nya.

Lebih dari sekadar memahami, kita dipanggil untuk mengajarkan firman ini kepada generasi berikutnya. Seperti yang diperintahkan Musa, hikmat Allah harus menjadi warisan yang kita teruskan. Ini berarti kita perlu secara aktif mempelajari, merenungkan, dan mempraktikkan prinsip-prinsip ilahi dalam kehidupan sehari-hari, serta berbagi pemahaman tersebut dengan keluarga, teman, dan komunitas. Ulangan 4:13 adalah pengingat kuat akan dasar ilahi bagi kehidupan yang berhikmat dan berintegritas.