Ulangan 7:26

"Janganlah engkau membawa atau memakan hasil dari barang-barang yang dikhususkan itu, supaya engkau jangan terjerat karenanya, sebab itu adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu."
Ilustrasi Kebijaksanaan Jalan Kebijaksanaan yang Murni Menghindari Jebakan Duniawi

Ayat Ulangan 7:26 ini memberikan sebuah peringatan yang tegas namun penuh kasih dari Tuhan kepada umat-Nya. Perintah ini menekankan pentingnya menjauhi hal-hal yang telah dikhususkan atau diharamkan, terutama yang berkaitan dengan penyembahan berhala atau praktik-praktik yang dianggap keji di mata Tuhan. Dalam konteks sejarah bangsa Israel, ini merujuk pada barang-barang yang seharusnya dihancurkan atau tidak boleh diambil dari bangsa-bangsa yang dikalahkan, karena barang-barang tersebut seringkali terkait dengan ibadah kepada dewa-dewa lain.

Pesan ini tidak hanya relevan untuk konteks historis tersebut, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam bagi kita saat ini. "Barang-barang yang dikhususkan" dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengalihkan fokus kita dari Tuhan, yang membuat kita terikat pada hal-hal duniawi secara berlebihan, atau yang mendorong kita untuk terlibat dalam dosa dan kebejatan moral. Ini bisa berupa obsesi terhadap kekayaan, kekuasaan, kesenangan duniawi yang tidak sehat, atau bahkan ideologi yang bertentangan dengan ajaran Kristiani.

Tuhan memperingatkan kita bahwa hal-hal ini dapat "menjerat" kita. Jeratan ini bersifat halus namun berbahaya. Awalnya mungkin tampak tidak signifikan, namun perlahan-lahan dapat mengikat jiwa kita, memisahkan kita dari hadirat Tuhan, dan merusak hubungan kita dengan-Nya serta dengan sesama. Keinginan untuk memiliki atau menikmati barang-barang yang dilarang ini, bahkan jika hanya sekadar "memakannya" (yang bisa diartikan sebagai menikmatinya atau menggunakannya), adalah akar dari banyak masalah spiritual.

Mengapa ini dianggap "kekejian bagi TUHAN, Allahmu"? Kekejian di sini menunjukkan sesuatu yang sangat menjijikkan dan tidak dapat ditoleransi oleh Tuhan. Hal ini karena segala sesuatu yang kita ambil atau nikmati yang seharusnya tidak kita miliki, terutama jika itu berasal dari sumber yang bertentangan dengan kehendak-Nya, adalah bentuk ketidakpercayaan dan penolakan terhadap kedaulatan-Nya. Ini adalah pengkhianatan terhadap kesetiaan yang seharusnya kita berikan hanya kepada Tuhan.

Oleh karena itu, Ulangan 7:26 mengajarkan kita tentang pentingnya kebijaksanaan yang murni dan damai. Kebijaksanaan ini mendorong kita untuk secara sadar membedakan antara apa yang berkenan di hadapan Tuhan dan apa yang tidak. Ini membutuhkan kejujuran diri untuk mengakui godaan dan menjauhinya, bahkan ketika itu sulit atau tampak menguntungkan secara sementara. Kita dipanggil untuk memiliki hati yang setia, yang tidak mendambakan apa yang bukan milik kita atau apa yang dikhususkan untuk kehancuran.

Dalam kehidupan modern, tantangan ini mungkin datang dalam bentuk produk-produk yang dihasilkan dari eksploitasi, informasi yang merusak moral, atau gaya hidup yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilahi. Memilih untuk tidak terlibat, meskipun itu berarti menolak kenyamanan atau keuntungan sesaat, adalah manifestasi dari iman kita dan ketaatan kita kepada Allah. Ini adalah jalan yang membawa kedamaian sejati, karena kebebasan dari jeratan dosa adalah kebebasan yang sesungguhnya.

Tuhan menginginkan yang terbaik bagi kita, yaitu kehidupan yang berlimpah dan hubungan yang harmonis dengan-Nya. Perintah ini adalah bagian dari rancangan-Nya agar kita hidup dalam kemurnian dan kesucian, yang pada akhirnya akan membawa berkat dan kebahagiaan yang kekal. Mari kita merenungkan kebenaran ini dan memohon kekuatan dari Tuhan untuk dapat menolak segala sesuatu yang dapat menjerat kita dan membawa kekejian di hadapan-Nya.