Ulangan 9-11

Ulangan 9-11: Kisah Penebusan dan Ujian Ketaatan

"Dengarlah, hai orang Israel! Engkau sekarang akan menyeberangi sungai Yordan untuk masuk menduduki negeri, yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, untuk menjadi milikmu." (Ulangan 9:1)

Memahami Konteks Ulangan 9-11

Bagian dari Kitab Ulangan ini membawa kita pada momen krusial dalam sejarah bangsa Israel. Setelah empat puluh tahun mengembara di padang gurun karena ketidaktaatan mereka, umat pilihan ini akhirnya berdiri di ambang tanah perjanjian. Musa, sebagai pemimpin mereka, menyampaikan pesan-pesan terakhir, mengingatkan mereka akan janji-janji Allah, serta konsekuensi dari ketaatan dan ketidaktaatan. Bab 9 hingga 11 ini secara khusus menyoroti pentingnya mengingat perbuatan besar Allah di masa lalu, serta bahaya dari kesombongan dan melupakan Tuhan.

Bab 9 dimulai dengan penegasan bahwa bangsa Israel akan memasuki Kanaan bukan karena kebaikan atau kebenaran mereka sendiri, melainkan karena kejahatan bangsa-bangsa lain dan janji yang telah Allah buat kepada Abraham, Ishak, dan Yakub. Musa secara tegas mengingatkan mereka akan pengalaman di Horeb, di mana mereka membuat patung anak lembu dan menimbulkan murka Allah. Ini adalah pelajaran penting tentang bagaimana, bahkan setelah perbuatan ajaib yang mereka saksikan, godaan untuk berpaling dari Tuhan selalu ada. Pentingnya mengakui kelemahan diri dan ketergantungan pada campur tangan ilahi ditekankan di sini.

Beranjak ke bab 10, fokus bergeser pada respons Allah terhadap doa syafaat Musa atas bangsa yang berdosa itu. Allah menunjukkan kemurahan hati-Nya, memerintahkan Musa untuk membuat loh batu baru, menggantikan yang pertama yang dihancurkan Musa. Ini melambangkan pemulihan perjanjian, namun juga mengingatkan bahwa pelanggaran tetap memiliki konsekuensi. Musa kembali menekankan bahwa Allah tidak memandang bulu, Dia mengasihi orang asing, anak yatim, dan janda, serta menuntut keadilan dan kasih dari umat-Nya. Pengkhitanan hati, yaitu membuang segala kesombongan dan ketegaran hati, menjadi tuntutan utama agar mereka benar-benar dapat mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan jiwa.

Bab 11 melanjutkan seruan untuk setia kepada Allah, menghubungkan berkat yang akan mereka terima di tanah perjanjian dengan ketaatan mereka. Musa memperingatkan tentang berbagai macam pencobaan yang akan dihadapi: "mala petaka dan berkat" yang akan datang sebagai akibat langsung dari pilihan mereka. Jika mereka taat, hujan akan turun tepat waktu, tanah akan subur, dan mereka akan menikmati kemakmuran. Namun, jika mereka berpaling dan menyembah berhala, murka Allah akan bangkit, langit akan tertutup, dan mereka akan mengalami kesengsaraan. Ini adalah gambaran yang jelas tentang hubungan sebab-akibat dalam perjanjian Allah.

Pelajaran untuk Masa Kini

Kisah dalam Ulangan 9-11 bukan sekadar catatan sejarah kuno. Pelajaran yang terkandung di dalamnya relevan hingga kini. Kita diingatkan untuk tidak pernah melupakan "perbuatan-perbuatan besar" yang telah Allah lakukan dalam hidup kita, baik secara pribadi maupun komunal. Kesombongan adalah jebakan yang licik, yang seringkali muncul ketika kita meraih kesuksesan atau merasa aman. Mengingat kelemahan kita sendiri dan ketergantungan kita pada Tuhan adalah kunci untuk tetap rendah hati dan taat.

Selain itu, bagian ini mengajarkan pentingnya "mengkhitan hati." Ini bukan tentang ritual fisik, melainkan tentang kesiapan untuk melepaskan keakuan, keserakahan, ketidakjujuran, dan segala sesuatu yang menghalangi kita untuk mengasihi Allah dengan tulus dan mengasihi sesama. Tuhan menginginkan hati yang mau dibentuk, hati yang responsif terhadap kehendak-Nya. Ulangan 9-11 adalah panggilan untuk refleksi diri, untuk meninjau kembali hubungan kita dengan Tuhan, dan untuk mengambil keputusan yang teguh untuk hidup dalam ketaatan, bukan karena paksaan, tetapi karena cinta dan pengenalan akan kebaikan-Nya. Masa depan kita, layaknya bangsa Israel, sangat bergantung pada bagaimana kita merespons panggilan-Nya hari ini.