"Bukan karena kebaikanmu atau karena kebenaran hatimu engkau masuk menduduki negeri mereka, tetapi karena kefasikan bangsa-bangsa inilah, TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu, dan untuk menepati janji yang diucapkan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, kepada Abraham, Ishak dan Yakub."
Simbol janji dan pertumbuhan yang diberkati.
Ayat Ulangan 9:5 seringkali disalahpahami jika dilihat dalam isolasi. Namun, ketika kita menempatkannya dalam konteks narasi yang lebih luas, ayat ini memberikan wawasan yang mendalam tentang cara kerja Tuhan dalam sejarah umat-Nya. Inti dari ayat ini adalah penegasan bahwa warisan dan keberhasilan yang diterima bangsa Israel di Tanah Perjanjian bukanlah semata-mata hasil dari kebaikan atau kesalehan mereka sendiri. Sebaliknya, Tuhan memberikan tanah itu sebagai bagian dari pemenuhan janji-Nya yang telah diberikan kepada Abraham, Ishak, dan Yakub, nenek moyang mereka.
Penting untuk diingat bahwa bangsa Israel pada masa itu tidak sempurna. Sejarah mereka dipenuhi dengan pemberontakan, ketidakpercayaan, dan kegagalan. Tuhan tidak mengabaikan fakta ini. Sebaliknya, Dia secara eksplisit menyatakan bahwa alasan penghalauan bangsa Kanaan dari hadapan Israel adalah karena "kefasikan" bangsa-bangsa tersebut. Ini bukan berarti Tuhan membenarkan kejahatan, tetapi lebih kepada menunjukkan bahwa ketidakadilan dan kekejaman yang merajalela di tanah itu telah mencapai puncaknya, dan Tuhan bertindak untuk membersihkan dan memulihkan tanah itu, serta menepati janji-Nya kepada para leluhur.
Fokus utama Ulangan 9:5 adalah pada kesetiaan Tuhan terhadap janji-Nya. Janji ini bukan hanya sekadar kata-kata kosong, tetapi telah diperkuat dengan sumpah kepada tokoh-tokoh penting dalam sejarah Israel. Abraham, Ishak, dan Yakub adalah pilar iman yang hidupnya ditandai dengan perjalanan panjang yang penuh cobaan, tetapi juga iman yang teguh kepada Allah. Tuhan menghargai dan mengingat iman serta perjanjian yang telah dibuat-Nya dengan mereka.
Ini memberikan sebuah pelajaran krusial bagi kita hari ini. Seringkali, dalam hidup kita, kita menghadapi tantangan, kegagalan, atau perasaan tidak layak. Namun, ayat ini mengingatkan kita bahwa dasar dari anugerah Tuhan bukanlah kelayakan kita, melainkan kesetiaan-Nya yang tak tergoyahkan. Jika Tuhan dapat bertindak berdasarkan janji-Nya untuk bangsa Israel, yang seringkali tidak setia, betapa lebih lagi Dia akan bertindak bagi kita yang hidup dalam perjanjian baru melalui Kristus. Kesetiaan-Nya adalah jangkar kita, terutama ketika kita merasa rapuh.
Dalam konteks kehidupan modern, Ulangan 9:5 mengajarkan kita untuk tidak sombong atas pencapaian kita. Keberhasilan, kesempatan, dan berkat yang kita terima seringkali merupakan hasil dari kombinasi usaha kita, kebaikan orang lain, dan terutama, anugerah Tuhan yang tidak terduga. Kita dipanggil untuk memelihara kerendahan hati dan mengakui sumber segala kebaikan.
Selain itu, ayat ini juga menyoroti keadilan Tuhan. Meskipun fokus pada pemenuhan janji, disebutkan juga alasan penghalauan bangsa Kanaan karena kefasikan mereka. Ini mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah hakim yang adil. Kebaikan-Nya tidak berarti Dia mengabaikan kejahatan. Sebaliknya, pada akhirnya, keadilan akan ditegakkan. Bagi kita, ini seharusnya menjadi dorongan untuk hidup sesuai dengan kebenaran dan kasih, sambil terus bersandar pada janji-janji-Nya yang senantiasa ada. Ulangan 9:5 adalah pengingat yang kuat tentang anugerah, kesetiaan, dan keadilan Tuhan yang tak lekang oleh waktu.