"Mereka itu ialah dua pohon zaitun dan dua kandil, yang berdiri di hadapan Tuhan, Tuan di seluruh bumi."
Ayat Wahyu 11:4 menyajikan gambaran simbolis yang kuat tentang dua entitas yang memiliki otoritas spiritual dan ilahi di hadapan Tuhan. Gambaran ini bukan sekadar deskripsi literal, melainkan metafora mendalam yang merujuk pada fungsi dan peran penting dalam rencana kekal Allah. Pohon zaitun dan kandil memiliki makna signifikan dalam tradisi Perjanjian Lama, memberikan lapisan interpretasi yang kaya pada ayat ini.
Pohon zaitun, dalam konteks Alkitab, sering dikaitkan dengan damai sejahtera, kemakmuran, dan berkat ilahi. Zaitun adalah sumber minyak yang digunakan untuk penerangan (kandil), penyembuhan, dan upacara keagamaan. Kehadiran dua pohon zaitun di hadapan Tuhan menyiratkan bahwa kedua saksi ini membawa pesan perdamaian dan berkat yang datang langsung dari sumber ilahi. Mereka adalah saluran dari kuasa dan kehendak Tuhan yang akan dinyatakan di bumi.
Sementara itu, kandil melambangkan cahaya, kebenaran, dan kesaksian. Dalam terang dunia yang sering diliputi kegelapan dosa dan kebohongan, dua kandil ini hadir untuk menerangi jalan, mengungkapkan kebenaran Allah, dan menjadi saksi yang tak tergoyahkan terhadap kuasa kegelapan. Mereka adalah suara kenabian yang diutus untuk menyatakan kehendak Tuhan, mengingatkan umat manusia akan panggilan mereka kepada kekudusan dan kesetiaan.
Frasa "yang berdiri di hadapan Tuhan, Tuan di seluruh bumi" sangatlah penting. Ini menegaskan bahwa kedua saksi ini tidak bertindak atas inisiatif mereka sendiri, melainkan atas otoritas dan perkenanan langsung dari Sang Pencipta alam semesta. Mereka berada dalam posisi yang terhormat dan memiliki akses istimewa kepada hadirat Tuhan. Hal ini memberi mereka kekuatan dan legitimasi ilahi dalam menjalankan misi mereka. Mereka adalah utusan yang diutus dengan mandat kudus, membawa Firman dan kuasa yang tidak dapat ditentang oleh kekuatan duniawi manapun.
Interpretasi mengenai identitas kedua saksi ini bervariasi di kalangan teolog. Beberapa percaya bahwa mereka merujuk pada tokoh-tokoh kenabian dari Perjanjian Lama, seperti Musa dan Elia, yang memiliki kemampuan untuk mendatangkan hukuman ilahi dan menunjukkan kuasa Allah di bumi. Yang lain berpendapat bahwa mereka adalah representasi dari Gereja yang setia, yang diberi kuasa ilahi untuk bersaksi selama periode kesusahan. Apapun identitas spesifiknya, fungsi utama mereka jelas: bersaksi tentang kebenaran Allah dan melawan pengaruh jahat dengan kuasa yang luar biasa.
Keberadaan dua saksi ini di hadapan Tuhan, sebagai pohon zaitun dan kandil, melambangkan kesempurnaan dan kelengkapan kesaksian mereka. Dua saksi sering kali diperlukan untuk menguatkan sebuah kesaksian, seperti yang tercatat dalam hukum Taurat. Dalam konteks ini, mereka mewakili otoritas kebenaran yang tak terbantahkan. Mereka akan diutus untuk menggenapi tugas ilahi mereka, membawa pesan penghakiman dan pemulihan, sambil tetap teguh berdiri sebagai cahaya dalam kegelapan, mencerminkan kuasa dan otoritas Sang Tuan di seluruh bumi.