"Maka haruslah orang-orang yang telah berjalan bersama-sama dengan kita sepanjang waktu, ketika Tuhan Yesus hidup bersama kita,"
Ayat dari Kisah Para Rasul 1:21 ini merupakan bagian krusial dari narasi awal gereja setelah kenaikan Yesus Kristus ke surga. Ayat ini diucapkan oleh Petrus dalam konteks pemilihan pengganti Yudas Iskariot, salah satu dari dua belas rasul yang telah mengkhianati Yesus.
Setelah peristiwa pengkhianatan dan kematian Yesus, serta kemenangan-Nya melalui kebangkitan, para pengikut-Nya yang tersisa merasa perlu untuk melanjutkan karya dan kesaksian tentang Dia. Namun, dengan hilangnya Yudas, jumlah kedua belas rasul menjadi sebelas. Petrus, sebagai salah satu pemimpin yang dihormati, memimpin diskusi mengenai cara menggantikan posisi yang kosong tersebut agar genap kembali menjadi dua belas, sesuai dengan gambaran rohani para pemimpin umat Allah.
Petrus menetapkan kriteria yang sangat spesifik untuk calon pengganti Yudas. Syarat pertama, yang ditekankan dalam ayat 1:21 ini, adalah bahwa orang tersebut haruslah "telah berjalan bersama-sama dengan kita sepanjang waktu, ketika Tuhan Yesus hidup bersama kita." Ini bukan sekadar syarat formalitas, melainkan sebuah panggilan untuk kesaksian yang otentik dan teruji.
Makna "berjalan bersama-sama" merujuk pada keterlibatan langsung dan konsisten dengan Yesus selama pelayanan-Nya di bumi. Ini berarti bahwa calon tersebut telah menyaksikan secara langsung mukjizat-mukjizat-Nya, mendengar ajaran-ajaran-Nya, mengalami penganiayaan bersama-Nya, dan merasakan kehadiran-Nya sehari-hari. Kesaksian mereka haruslah berdasarkan pengalaman pribadi yang mendalam, bukan sekadar cerita dari orang lain.
Syarat kedua, yang dilanjutkan pada ayat berikutnya (1:22), adalah orang tersebut haruslah menjadi saksi kebangkitan-Nya. Keduanya, yaitu menyaksikan pelayanan Yesus dari awal hingga akhir dan menjadi saksi kebangkitan-Nya, menjadi pilar utama dalam pemilihan rasul baru. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kesaksian yang kokoh dan terverifikasi dalam membangun fondasi gereja.
Dalam konteks yang lebih luas, pemilihan rasul baru ini mencerminkan penegasan akan rencana Allah yang terus berjalan. Meskipun ada pengkhianatan dan kehilangan, Allah tidak membiarkan karya-Nya terhenti. Dia menyediakan jalan untuk kelanjutan, dengan memilih individu-individu yang telah teruji dalam iman dan memiliki kesaksian yang kuat. Para rasul ini akan menjadi saksi-saksi kunci yang akan menyebarkan Injil ke seluruh penjuru dunia.
Kisah ini mengajarkan kita pentingnya memiliki iman yang teruji dan kesaksian yang hidup. Menjadi pengikut Kristus bukanlah sekadar pengetahuan teoritis, melainkan perjalanan bersama yang penuh pengalaman, pertumbuhan, dan pembelajaran. Kisah Para Rasul 1:21 mengingatkan kita bahwa orang-orang yang dipilih untuk melayani haruslah mereka yang telah dibentuk oleh kehadiran dan ajaran Kristus, dan siap untuk menjadi saksi-Nya.
Memilih orang yang tepat berdasarkan kriteria yang jelas seperti yang ditetapkan Petrus adalah sebuah teladan kepemimpinan yang bijak. Ini adalah langkah awal yang penting untuk memastikan integritas dan efektivitas pelayanan gereja di masa mendatang. Kesaksian mereka akan menjadi dasar bagi banyak orang lain untuk percaya.