Wahyu 13:4

Wahyu 13:4 - Kekaguman pada Kuasa Binatang

"Lalu mereka menyembah naga itu karena ia telah memberikan kekuasaan kepada binatang itu, dan mereka menyembah binatang itu, katanya: 'Siapakah yangSetara dengan dia? Siapakah yang dapat berperang melawan dia?'"

Ayat Wahyu 13:4 ini menyajikan gambaran yang sangat kuat tentang bagaimana kekuatan yang menentang Tuhan dapat menarik kekaguman dan penyembahan dari manusia. Dalam konteks Kitab Wahyu, ayat ini menggambarkan panggung akhir zaman di mana kekuatan-kekuatan jahat akan beroperasi dengan penipuan yang luar biasa. "Naga" sering ditafsirkan sebagai iblis atau Setan, kekuatan kejahatan yang menjadi sumber dari segala penindasan terhadap umat Tuhan. Namun, iblis ini tidak bertindak sendiri; ia memberikan kekuasaannya kepada "binatang."

Binatang yang dimaksud di sini seringkali merujuk pada figur politik atau kekaisaran yang memiliki kekuatan militer dan pengaruh global. Kekuatan ini tidak datang dari sumber yang ilahi, melainkan diberikan oleh naga, yang menunjukkan sifatnya yang supranatural namun jahat. Kehebatan binatang ini bukan karena kebajikan atau keadilannya, tetapi karena kemampuannya untuk menindas dan memaksakan kehendaknya. Ia memiliki kemampuan untuk menimbulkan ketakutan, mengendalikan ekonomi, dan menuntut kesetiaan mutlak.

Yang paling mencolok dari ayat ini adalah reaksi manusia. Alih-alih menolak atau melawan kekuatan yang represif ini, banyak orang justru "menyembah" binatang itu. Ini bukan sekadar bentuk rasa hormat atau kepatuhan pasif, tetapi penyembahan yang aktif dan tulus. Pertanyaan retoris, "Siapakah yang setara dengan dia? Siapakah yang dapat berperang melawan dia?" mencerminkan kekaguman yang dalam terhadap kekuatan binatang tersebut. Manusia terpesona oleh kekuatannya, penampilannya yang luar biasa, dan kemampuannya untuk mengalahkan musuh-musuhnya. Dalam keputusasaan atau keterpesonaan, mereka melihat binatang ini sebagai satu-satunya kekuatan yang patut diperhitungkan dan dipatuhi.

Penafsiran terhadap "binatang" ini bervariasi di kalangan teolog, tetapi intinya tetap sama: sebuah entitas (bisa bersifat individu, sistem, atau kekaisaran) yang memegang kendali duniawi dengan otoritas yang meniru atau menantang otoritas ilahi. Kekuatannya yang tampak tak terkalahkan inilah yang mendorong manusia untuk mencari perlindungan atau keuntungan pada dirinya, bahkan dengan mengorbankan kesetiaan kepada Tuhan. Ayat ini menjadi peringatan keras tentang bahaya mengagumi dan mengandalkan kekuatan duniawi yang sementara, yang pada akhirnya akan dihancurkan oleh kekuatan sejati dari Tuhan. Keagungan semu binatang ini menipu mata dan hati banyak orang, membawa mereka pada kepatuhan yang keliru dan penghancuran spiritual.

Memahami Wahyu 13:4 mengundang kita untuk merenungkan sumber kekaguman dan kesetiaan kita. Di dunia yang seringkali dipenuhi dengan klaim kekuasaan yang memukau, penting untuk membedakan antara kekuasaan yang benar dan kekuasaan yang menipu. Kitab Wahyu mengingatkan bahwa hanya Tuhan yang memiliki kekuasaan sejati dan abadi, dan segala bentuk kekuatan lain yang menentang-Nya hanyalah ilusi sementara yang pada akhirnya akan binasa.