Ayat Yehezkiel 10:2 membuka jendela menuju sebuah penglihatan yang luar biasa, sebuah demonstrasi visual dari kedaulatan dan penghakiman ilahi. Dalam konteks visi Yehezkiel, penglihatan ini terjadi di Bait Suci Yerusalem yang sudah dinajiskan, di mana kemuliaan Tuhan telah mulai meninggalkannya. Perintah yang diberikan kepada nabi ini, untuk mengambil api dari antara roda-roda kerub dan menaburkannya ke atas kota, adalah sebuah metafora yang kuat untuk penghancuran yang akan segera datang.
Api dalam Perjanjian Lama sering kali melambangkan kehadiran Tuhan, pemurnian, atau penghakiman. Di sini, api yang diambil dari bawah kerub – makhluk surgawi yang dekat dengan takhta Tuhan – menunjukkan bahwa penghakiman ini berasal langsung dari hadirat ilahi itu sendiri. Api ini bukan sekadar api biasa, melainkan api yang memiliki makna teologis mendalam, mewakili kekuatan penghakiman Tuhan yang tak terhindarkan terhadap dosa dan ketidaktaatan.
Kerub adalah makhluk surgawi yang sering dikaitkan dengan penjagaan dan tahta Tuhan. Keberadaan api di bawah kerub menunjukkan bahwa bahkan di tempat yang paling suci sekalipun, Tuhan sedang mempersiapkan alat penghakiman-Nya. Ini menekankan bahwa tidak ada tempat yang luput dari perhatian dan keadilan Tuhan, bahkan di dalam rumah-Nya sendiri ketika telah dinajiskan oleh dosa.
Roda-roda yang disebutkan dalam penglihatan Yehezkiel juga sangat simbolis. Dalam pasal-pasal sebelumnya (terutama Yehezkiel 1), roda-roda ini digambarkan sebagai bagian dari kendaraan surgawi yang penuh dengan mata, menunjukkan pergerakan ilahi yang dinamis dan pengawasan yang menyeluruh. Api yang diambil dari sana menyiratkan bahwa penghakiman ini sedang bergerak, mengikuti ke mana pun Tuhan mengarahkannya, dan bahwa seluruh kota berada di bawah pengawasan ilahi sebelum kehancurannya.
Perintah untuk "menaburkanlah ke atas kota itu" menegaskan bahwa penghakiman ini akan bersifat luas dan menghancurkan seluruh Yerusalem. Ini adalah peringatan terakhir yang diberikan Tuhan sebelum malapetaka yang sebenarnya terjadi melalui invasi Babel. Penglihatan ini berfungsi untuk memperkuat pesan kenabian Yehezkiel, menunjukkan bahwa penghakiman Tuhan adalah nyata, adil, dan pasti datang.
Bagi umat Tuhan pada masa itu, penglihatan ini pasti sangat menakutkan. Namun, bagi kita hari ini, Yehezkiel 10:2 mengajarkan tentang sifat Tuhan yang kudus, yang tidak dapat mentolerir dosa. Ini juga mengingatkan kita bahwa Tuhan melihat segala sesuatu dan akan selalu membawa keadilan. Meskipun konteksnya adalah penghakiman atas Yerusalem, pengajaran ini tetap relevan, mengingatkan kita untuk hidup dalam kekudusan dan ketaatan kepada Tuhan, serta menghargai kemuliaan-Nya yang tak tertandingi. Kemuliaan Tuhan digambarkan memiliki unsur api dan emas, melambangkan kesucian, kekayaan, dan keagungan-Nya yang tak terjangkau.
Bait Suci adalah tempat kediaman Tuhan di bumi. Namun, ketika manusia mengabaikan kekudusan-Nya, bahkan tempat suci pun bisa menjadi sasaran penghakiman-Nya. Api yang keluar dari bawah kerub, di tengah-tengah roda-roda yang penuh pengawasan, adalah gambaran yang dramatis tentang betapa seriusnya Tuhan memandang dosa. Ini adalah pengingat bahwa kedaulatan Tuhan mencakup segalanya, dan hukuman bagi dosa adalah suatu kepastian.
Memahami penglihatan ini membantu kita untuk lebih menghargai sifat Tuhan yang Maha Kudus dan Maha Adil. Ini juga mengajarkan kita tentang perlunya kerendahan hati di hadapan Tuhan dan kekudusan-Nya. Yehezkiel 10:2 bukan sekadar deskripsi visual yang menakutkan, melainkan sebuah pesan abadi tentang konsekuensi dosa dan keadilan ilahi yang tak terhindarkan.