"Dan ke mana pun orang-orang yang terbuang itu pergi, ke sanalah mereka akan pergi untuk mencari TUHAN. Aku akan menghadapi mereka bukan sebagai Allah yang jauh, tetapi sebagai Allah yang dekat. Aku akan menjadi Allahmu, dan kamu akan menjadi umat-Ku."
Kitab Yehezkiel 11:12, 13 memberikan wawasan yang mendalam mengenai hubungan antara Allah, umat-Nya, dan konsekuensi dari pilihan mereka. Ayat-ayat ini muncul dalam konteks yang lebih luas dari nubuat tentang penghakiman atas Yerusalem dan bangsa Yehuda yang telah jatuh ke dalam dosa dan penyembahan berhala. Yehezkiel, sebagai nabi yang melayani di pembuangan Babel, menyampaikan firman Allah kepada mereka yang telah meninggalkan tanah perjanjian dan mengalami penderitaan akibat ketidaktaatan mereka.
Pada masa itu, Yerusalem telah jatuh ke tangan Babel. Sebagian besar penduduknya telah diangkut sebagai tawanan, dan kota itu hancur. Mereka yang tertinggal di Yehuda pun hidup dalam ketidakpastian dan keputusasaan. Di tengah-tengah situasi yang suram inilah, Yehezkiel menerima penglihatan dan nubuat yang mengungkapkan kehendak Allah. Yehezkiel 11:12, 13 secara khusus menyoroti dua aspek penting dari firman Allah: keadilan-Nya dan kasih-Nya yang tak terhingga.
Ayat pertama dari kutipan ini menekankan bahwa ke mana pun umat Allah pergi dalam pengasingan mereka, di sanalah mereka akan mencari TUHAN. Ini menunjukkan sebuah peralihan yang signifikan dalam pola pikir mereka. Ketika mereka masih berada di tanah perjanjian dan menikmati berkat, banyak dari mereka yang berpaling dari Allah dan menyembah ilah-ilah lain. Namun, setelah kehilangan segalanya, termasuk tanah mereka dan Bait Suci, mereka dipaksa untuk merefleksikan kembali tindakan mereka dan menyadari bahwa hanya Allah yang dapat memberikan pengharapan dan pemulihan. Pencarian akan TUHAN ini bukan hanya bersifat fisik, tetapi juga spiritual. Mereka akan merindukan hadirat Allah yang sebelumnya mereka abaikan.
Bagian kedua dari ayat ini adalah janji yang luar biasa dari Allah. Ia berfirman, "Aku akan menghadapi mereka bukan sebagai Allah yang jauh, tetapi sebagai Allah yang dekat." Pengasingan telah menciptakan jarak antara Allah dan umat-Nya akibat dosa mereka. Namun, Allah tidak meninggalkan mereka selamanya. Ia berjanji untuk mendekat, untuk hadir di tengah-tengah penderitaan mereka. Janji ini menjadi sumber penghiburan yang besar bagi orang-orang Yehuda yang terbuang. Ia menunjukkan bahwa meskipun Allah menghukum dosa, kasih setia-Nya tetap ada.
Yang paling menguatkan adalah pernyataan penutup: "Aku akan menjadi Allahmu, dan kamu akan menjadi umat-Ku." Ini adalah pengulangan dari perjanjian yang telah Allah buat dengan nenek moyang mereka, Abraham, Ishak, dan Yakub. Meskipun umat-Nya telah gagal memenuhi bagian mereka dari perjanjian, Allah menegaskan kembali komitmen-Nya. Ini bukan berarti bahwa penghukuman dihapuskan, tetapi bahwa kasih karunia Allah selalu tersedia bagi mereka yang bertobat dan mencari Dia dengan tulus. Yehezkiel 11:12, 13 mengingatkan kita bahwa bahkan di tengah kesulitan terberat, ketika dosa membawa konsekuensi yang menyakitkan, Allah tetap setia pada janji-Nya untuk menjadi Allah bagi mereka yang memeluk-Nya. Ini adalah gambaran tentang pemulihan yang akan datang, di mana umat Allah akan kembali ke tanah mereka dan mengalami hubungan yang diperbarui dengan Tuhan mereka.
Pesan ini juga relevan bagi kita saat ini. Dosa dapat membawa kita menjauh dari Allah, menciptakan jurang pemisah. Namun, seperti yang dijanjikan dalam Yehezkiel 11:12, 13, Allah siap untuk mendekat kepada kita jika kita dengan tulus mencari-Nya. Ia tidak akan pernah meninggalkan mereka yang datang kepada-Nya dengan hati yang hancur dan kerinduan akan hadirat-Nya. Janji bahwa Ia akan menjadi Allah kita, dan kita akan menjadi umat-Nya, tetap menjadi fondasi pengharapan dan identitas kita sebagai orang percaya.