Ayat Yehezkiel 11:13 menggambarkan momen yang sangat dramatis dan penuh kesedihan dalam kehidupan nabi Yehezkiel. Di tengah penglihatan kenabiannya mengenai penghukuman yang akan menimpa Yehuda, tiba-tiba ia menyaksikan kematian Peliel, salah satu orang yang hadir. Peristiwa tak terduga ini memicu reaksi mendalam dari Yehezkiel. Ia langsung rebah bersujud, wajahnya ke tanah, dan berseru kepada Tuhan dengan penuh kepedihan. Seruan ini bukan hanya sekadar ratapan pribadi, tetapi juga pertanyaan yang mencerminkan keprihatinan mendalam atas nasib umat Tuhan yang tersisa.
Kematian mendadak Peliel menjadi titik pemicu bagi Yehezkiel untuk mempertanyakan keadilan dan kasih Tuhan. Di tengah pesan penghukuman yang sedang disampaikan, kematian seorang individu di hadapannya terasa begitu nyata dan personal. Ini menunjukkan bahwa nabi, meskipun menyampaikan firman Tuhan yang seringkali keras, tetaplah manusia yang memiliki empati dan belas kasih. Reaksinya mencerminkan pergumulan batin antara memahami kehendak Tuhan yang kudus dan merasakan kepedihan yang dialami oleh sesama manusia, terutama mereka yang masih berada di tanah Yehuda, yang sedang menghadapi ancaman dan kehancuran.
Pertanyaan Yehezkiel, "Apakah yang demikian akan Kaulakukan terhadap orang-orang yang tertinggal di Yehuda?" memperlihatkan dua hal penting. Pertama, ia bergulat dengan konsekuensi penghukuman Tuhan. Meskipun dosa telah mendatangkan murka Tuhan, ia bertanya apakah penghukuman itu akan berarti pemusnahan total. Kedua, ini menunjukkan adanya harapan yang tersembunyi. Dengan bertanya demikian, Yehezkiel seolah membuka celah untuk bertanya tentang keselamatan atau belas kasihan Tuhan bagi mereka yang masih tersisa. Ia tidak hanya meratapi malapetaka, tetapi juga mencari pemahaman yang lebih dalam tentang rencana Tuhan.
Firman Tuhan, seperti yang disampaikan Yehezkiel, seringkali tidak hanya membawa peringatan, tetapi juga membawa kebenaran yang mendalam tentang karakter Allah. Di balik penghukuman yang terlihat keras, selalu ada tujuan ilahi yang lebih besar, yaitu pemulihan dan keselamatan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah Allah yang adil, tetapi juga Allah yang penuh kasih dan belas kasihan. Ia peduli pada setiap individu dan memiliki rencana bagi umat-Nya, bahkan di tengah-tengah masa sulit dan penghukuman.
Kita dapat belajar dari Yehezkiel untuk tidak hanya menerima firman Tuhan secara dangkal, tetapi untuk menggumulinya. Kita diundang untuk bertanya, merenung, dan mencari pemahaman yang lebih dalam tentang kehendak dan karakter-Nya. Di tengah kesulitan hidup, ketika kita menyaksikan penderitaan atau bahkan kehilangan, penting untuk kembali kepada Firman Tuhan. Sama seperti Yehezkiel yang berseru kepada Tuhan, kita pun dipanggil untuk mencari penghiburan, kekuatan, dan hikmat dalam doa dan perenungan firman-Nya. Yehezkiel 11:13 mengingatkan kita bahwa di dalam Kedaulatan Tuhan, ada kepedulian yang mendalam, dan melalui firman-Nya, kita dapat menemukan harapan dan peneguhan.