Ayat ini berasal dari Kitab Yehezkiel, pasal 11, ayat 3. Dalam konteks perikop ini, Nabi Yehezkiel sedang menyampaikan firman Tuhan kepada kaum sisa Israel yang tertinggal di Yerusalem setelah sebagian besar penduduk diasingkan ke Babel. Kota Yerusalem, yang dianggap suci dan dilindungi oleh Tuhan, kini menjadi saksi bisu dari ketidaktaatan dan dosa yang merajalela di antara umat-Nya.
Ucapan, "Dan kamu berkata: 'Belum waktunya membangun rumah; kota ini adalah belanga dan kamu adalah dagingnya,'" mencerminkan sikap hati yang keras dan penolakan terhadap peringatan ilahi. Kaum yang tersisa di Yerusalem merasa aman, seolah-olah tembok kota yang kokoh dan status mereka sebagai umat pilihan akan melindungi mereka dari malapetaka. Mereka meremehkan ancaman yang nyata dari kekuatan asing, yaitu bangsa Babel, yang telah menghancurkan sebagian besar umat Israel.
Metafora "kota ini adalah belanga dan kamu adalah dagingnya" sangat kuat dan menggambarkan kondisi Yerusalem saat itu. Belanga melambangkan sebuah wadah yang rapuh dan rentan terhadap panas dan pukulan. Kota ini, yang seharusnya menjadi tempat perlindungan ilahi, justru digambarkan sebagai wadah yang berisi daging – yaitu orang-orangnya. Daging, dalam konteks ini, mewakili kelemahan, ketidakberdayaan, dan kerentanan terhadap kehancuran. Seiring api membakar belanga, demikian pula Tuhan akan menghancurkan Yerusalem karena dosa-dosanya. Mereka percaya diri, tetapi justru dalam kepercayaan diri yang sombong inilah kejatuhan mereka berawal.
Nabi Yehezkiel, melalui nubuat ini, mengingatkan bahwa keselamatan tidak datang dari tembok kota atau kebanggaan diri, melainkan dari ketaatan kepada Tuhan. Pernyataan bahwa "belum waktunya membangun rumah" menunjukkan ketidakpedulian mereka terhadap masa depan yang sesungguhnya. Mereka lebih memikirkan kenyamanan sementara daripada pertobatan dan pemulihan hubungan dengan Tuhan. Tuhan melihat hati mereka yang tertipu dan menyesatkan diri sendiri.
Pesan Yehezkiel 11:3 relevan hingga kini. Seringkali, manusia tergoda untuk mengabaikan peringatan ilahi, terbuai oleh rasa aman yang semu atau kesibukan duniawi. Kita mungkin berkata, "Belum waktunya untuk berubah," atau "Semua akan baik-baik saja." Namun, Firman Tuhan terus mengingatkan kita untuk selalu waspada, bertobat, dan mengutamakan hubungan yang benar dengan Pencipta. Kehancuran yang digambarkan dalam ayat ini bukanlah tujuan akhir Tuhan, melainkan konsekuensi dari pilihan manusia yang berpaling dari jalan-Nya. Tuhan selalu menawarkan kesempatan untuk berbalik dan menemukan keselamatan dalam Kristus.
Pemahaman mendalam tentang Yehezkiel 11:3 mengajarkan kita pentingnya mengakui kelemahan diri dan kerentanan kita di hadapan Tuhan. Ini adalah panggilan untuk kerendahan hati, bukan kesombongan, dan untuk mencari perlindungan sejati dalam kedaulatan-Nya, bukan pada kekuatan duniawi. Kota Yerusalem akan dihancurkan, tetapi janji pemulihan dan harapan masa depan yang lebih baik selalu ada bagi mereka yang taat.