Yehezkiel 12:1

"Jong, anak manusia, engkau mendiami rumah Israel yang membangkang. Mereka mempunyai mata untuk melihat, tetapi tidak melihat, dan telinga untuk mendengar, tetapi tidak mendengar, sebab mereka adalah keluarga yang membangkang."
Visualisasi Pesan Yehezkiel Mata Tertutup Telinga Tuli Pesan diabaikan

Ayat pembuka dalam pasal ke-12 Kitab Yehezkiel ini menyajikan sebuah gambaran yang kuat tentang keadaan spiritual umat Israel pada masa itu. Tuhan berbicara kepada Nabi Yehezkiel dengan frasa yang sangat langsung dan tajam, "Jong, anak manusia..." yang menunjukkan pentingnya pesan yang akan disampaikan. Kata "jong" di sini kemungkinan besar merujuk pada gerakan simbolis yang akan dilakukan oleh nabi, yang menjadi bagian integral dari penyampaian nubuat.

Konteksnya adalah Israel yang "membangkang". Kata ini berulang kali muncul untuk menekankan sifat keras kepala dan penolakan mereka terhadap firman Tuhan. Mereka memiliki kemampuan fisik—mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar—namun secara spiritual mereka tuli dan buta. Ini bukan ketidakmampuan fisik, melainkan pilihan hati untuk menolak kebenaran yang disampaikan oleh Tuhan melalui para nabi-Nya.

Tuhan seringkali menggunakan metafora untuk menyampaikan pesan-Nya. Dalam ayat ini, gambaran mata yang tidak melihat dan telinga yang tidak mendengar adalah simbol dari ketidakpedulian dan penolakan terhadap peringatan ilahi. Mereka hidup dalam keengganan untuk mengakui kesalahan mereka dan kebenaran tentang hukuman yang akan datang. Ini adalah kondisi hati yang keras, yang menolak untuk menerima realitas yang telah ditetapkan oleh Tuhan sebagai akibat dari dosa-dosa mereka.

Pesan ini datang pada saat bangsa Israel menghadapi ancaman kehancuran dan pembuangan. Tuhan, dalam kasih dan keadilan-Nya, terus menerus memperingatkan mereka. Namun, penolakan kolektif mereka membuat nubuat-nubuat ini seolah-olah jatuh pada telinga yang tuli. Hal ini bukan karena pesan Tuhan tidak jelas, tetapi karena hati umat-Nya yang tertutup.

Bagi kita di zaman modern, Yehezkiel 12:1 juga memiliki relevansi. Seringkali, kita juga bisa menjadi seperti umat Israel yang membangkang. Kita memiliki akses yang luar biasa terhadap firman Tuhan melalui Alkitab dan berbagai sumber pengajaran. Kita memiliki kemampuan untuk membaca, mendengar, dan memahami. Namun, bisakah kita mengakui bahwa terkadang kita memilih untuk tidak melihat atau tidak mendengar apa yang Tuhan ingin kita ketahui atau lakukan? Bisakah kita menutup mata dari kebenaran tentang dosa-dosa kita, atau menutup telinga dari panggilan-Nya untuk pertobatan dan perubahan hidup?

Nabi Yehezkiel sendiri ditugaskan untuk menjadi tanda, untuk melakukan tindakan-tindakan simbolis yang merefleksikan nasib Israel. Ketaatan Yehezkiel dalam melakukan hal-hal yang mungkin tampak aneh dan tidak menyenangkan adalah demonstrasi nyata dari keseriusan pesan Tuhan. Ia menjadi saksi visual dan auditori dari konsekuensi ketidaktaatan.

Memahami Yehezkiel 12:1 mengajarkan kita pentingnya kerendahan hati dan keterbukaan hati untuk menerima kebenaran ilahi. Kita dipanggil untuk memiliki mata yang jeli melihat kebenaran Tuhan dan telinga yang siap mendengar tuntunan-Nya, bukan untuk mengabaikannya demi kenyamanan atau keegoisan kita.