"Tetapi Aku akan membuat sebagian dari mereka terluput dari pedang, dari kelaparan dan dari penyakit sampar, supaya mereka menceritakan segala perbuatan yang menjijikkan itu kepada bangsa-bangsa di mana pun mereka berada, dan mereka akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN."
Ayat Yehezkiel 12:16 merupakan sebuah janji ilahi yang disampaikan di tengah masa-masa sulit dan penuh kegelapan bagi umat pilihan Allah. Penglihatan Yehezkiel seringkali dipenuhi dengan gambaran kehancuran dan hukuman sebagai konsekuensi dari ketidaktaatan dan dosa. Namun, di antara gambaran suram tersebut, selalu terselip harapan dan janji pemulihan. Ayat ini secara khusus menyoroti aspek pemeliharaan Tuhan bahkan di tengah-tengah hukuman yang dijatuhkan.
Konteks historis dari pasal ini mengacu pada masa pembuangan bangsa Israel ke Babel. Kota Yerusalem, bait suci, dan seluruh kehidupan mereka dilanda kehancuran. Kelaparan, penyakit sampar, dan pedang menjadi ancaman nyata yang mengintai setiap individu. Dalam situasi yang begitu mengerikan, seolah-olah tidak ada lagi harapan. Namun, Tuhan menunjukkan belas kasihan-Nya. Dia berfirman bahwa sebagian dari mereka akan "terluput dari pedang, dari kelaparan dan dari penyakit sampar". Ini bukan berarti seluruh umat akan diselamatkan dari dampak hukuman, tetapi ada sejumlah kecil yang akan dipertahankan hidup.
Lebih dari sekadar mempertahankan hidup, Tuhan memiliki tujuan yang lebih mulia bagi mereka yang terluput. Mereka tidak hanya akan menjadi saksi bisu kehancuran, tetapi mereka akan diberikan tugas penting: "supaya mereka menceritakan segala perbuatan yang menjijikkan itu kepada bangsa-bangsa di mana pun mereka berada". Ini adalah mandat kesaksian yang berat. Mereka harus hidup untuk menceritakan dosa-dosa yang membawa mereka pada kehancuran, dan yang terpenting, menceritakan bagaimana Tuhan bertindak adil namun juga penuh kasih dalam penghukuman-Nya.
Tujuan akhir dari kesaksian ini adalah agar semua orang "mengetahui bahwa Akulah TUHAN". Ini adalah pengakuan keilahian, pengakuan akan kedaulatan, kekudusan, dan keadilan Tuhan. Melalui kisah-kisah mereka yang selamat, bangsa-bangsa lain dan umat Israel yang tersisa akan memahami konsekuensi dari berpaling dari Tuhan dan juga keagungan-Nya. Janji ini mengingatkan kita bahwa bahkan dalam keadaan yang paling buruk, Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya sepenuhnya. Selalu ada sedikit sisa, benih harapan yang akan terus tumbuh.
Bagi kita hari ini, Yehezkiel 12:16 mengajarkan tentang ketahanan iman di tengah penderitaan. Ketika kita menghadapi kesulitan yang terasa tak tertanggungkan, ayat ini menawarkan penghiburan bahwa Tuhan memiliki rencana. Dia dapat menggunakan pengalaman terburuk sekalipun untuk mendatangkan kebaikan dan untuk menunjukkan kemuliaan-Nya. Para penyintas di zaman Yehezkiel menjadi bukti hidup dari keadilan dan belas kasihan Tuhan. Demikian pula, hidup kita, dengan segala perjuangan dan kemenangan, dapat menjadi kesaksian bagi orang lain tentang kuasa dan kesetiaan Tuhan. Ayat ini adalah pengingat bahwa di tengah badai kehidupan, ada janji yang teguh, bahwa Tuhan adalah Tuhan yang setia dan berdaulat atas segala sesuatu.