"Bilanglah orang-orang mengatakannya: Tembok itu akan runtuh, diturap dengan kapur yang tidak kuat dan bertaruhkan! Kelak tembok itu akan runtuh, dan orang akan berkata: Di manakah turap itu dan di manakah orang-orang yang menurapnya?"
Ayat Yehezkiel 13:12 dengan tegas menggambarkan konsekuensi dari tindakan para nabi palsu yang menyebarkan kebohongan dan tipu daya. Dalam konteksnya, Yehezkiel diperintahkan untuk menubuatkan kehancuran Yerusalem yang akan datang sebagai hukuman dari Allah atas dosa-dosa umat-Nya. Namun, ada sekelompok nabi yang menentangnya, menyebarkan pesan palsu tentang perdamaian dan keamanan, meskipun realitasnya adalah malapetaka.
Gambaran "tembok yang diturap dengan kapur yang tidak kuat" menjadi metafora yang kuat. Tembok ini melambangkan pertahanan atau perlindungan yang tampaknya kokoh, tetapi sesungguhnya dibangun di atas fondasi yang lemah dan kebohongan. Para nabi palsu ini, dengan kata-kata manis mereka, bagaikan orang yang mencoba memperkuat tembok yang rapuh dengan kapur yang mudah terkikis. Mereka tidak mengajarkan kebenaran yang mendalam, melainkan ilusi yang memberikan rasa aman sementara.
Ketika Allah akhirnya menjatuhkan penghukuman-Nya, tembok tersebut akan runtuh total. Runtuhnya tembok ini melambangkan kehancuran total dari keamanan semu yang dijanjikan oleh para nabi palsu. Pertanyaannya, "Di manakah turap itu dan di manakah orang-orang yang menurapnya?" menekankan betapa sia-sianya usaha mereka. Tidak ada yang tersisa dari bangunan kebohongan mereka. Orang-orang yang tadinya berlindung di balik ilusi tersebut akan ditinggalkan tanpa perlindungan sama sekali, menghadapi murka ilahi yang tidak bisa lagi mereka hindari.
Pesan Yehezkiel 13:12 relevan hingga kini. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menemukan banyak "tembok" yang dibangun di atas kebohongan atau ketidakbenaran. Ini bisa berupa janji-janji kosong, informasi yang menyesatkan, atau sistem yang dibangun atas dasar korupsi dan ketidakadilan. Ketika "tembok" semacam itu akhirnya runtuh, bukan hanya para pembangunnya yang akan menanggung akibatnya, tetapi juga mereka yang telah mempercayai dan bersandar padanya.
Penting bagi kita untuk selalu mencari kebenaran yang sejati, yang kokoh dan berakar pada prinsip-prinsip yang benar. Membangun kehidupan di atas fondasi kejujuran, integritas, dan hikmat ilahi akan memberikan perlindungan yang sejati, yang tidak akan pernah runtuh. Sebaliknya, bergantung pada ilusi dan kepalsuan hanya akan membawa pada kekecewaan dan kehancuran. Ayat ini menjadi pengingat yang kuat untuk selalu berhati-hati terhadap pesan-pesan yang terdengar indah namun dangkal, dan untuk senantiasa menguji segala sesuatu dengan kebenaran yang abadi.