Yehezkiel 16:1

Dan datanglah firman TUHAN kepadaku:

Firman TUHAN

Ilustrasi visual firman Tuhan yang turun.

Ayat ini membuka sebuah perikop penting dalam Kitab Yehezkiel, yaitu pasal 16. Pasal ini menyajikan sebuah nubuat yang sangat kuat dan metaforis mengenai kota Yerusalem. Firman TUHAN yang datang kepada Yehezkiel menjadi awal dari sebuah penglihatan dan pesan ilahi yang harus disampaikannya kepada bangsa Israel. Pesan ini bukan sekadar berita biasa, melainkan sebuah wahyu yang mendalam tentang hubungan antara Allah dan umat-Nya, yang digambarkan melalui analogi pernikahan yang rumit.

Firman yang datang kepada nabi adalah sebuah panggilan untuk menyampaikan sebuah kebenaran yang seringkali pahit namun perlu untuk didengar. Dalam konteks sejarah, Yehezkiel melayani pada masa pembuangan ke Babel, sebuah periode penuh kesedihan dan refleksi bagi bangsa Yehuda. Di tengah-tengah situasi yang penuh tantangan ini, nubuat mengenai Yerusalem menjadi penting untuk mengingatkan mereka akan akar dosa mereka dan janji penebusan yang tetap ada.

Analogi yang digunakan dalam Yehezkiel 16:1 dan pasal-pasal selanjutnya sangatlah deskriptif. Yerusalem digambarkan sebagai seorang bayi yang dibuang, diselamatkan, dirawat, dan kemudian tumbuh menjadi seorang wanita cantik. Keindahan dan kemakmuran Yerusalem diibaratkan sebagai anugerah dari Allah. Namun, cerita ini berubah menjadi tragis ketika Yerusalem, dalam kemuliaannya, mulai berpaling dari Allah dan berselingkuh dengan bangsa-bangsa lain, yang melambangkan penyembahan berhala dan aliansi politik yang menyimpang.

Pesan yang disampaikan melalui Yehezkiel 16:1 menekankan keilahian dari firman itu sendiri. Firman TUHAN datang bukan atas inisiatif manusia, melainkan atas kehendak ilahi untuk berkomunikasi dan membimbing umat-Nya. Bagi bangsa Israel yang sedang terpuruk dalam pembuangan, pesan ini menjadi pengingat akan kesetiaan Allah yang tidak pernah putus, meskipun umat-Nya seringkali tidak setia. Ini juga menjadi panggilan untuk pertobatan dan pemulihan hubungan.

Penggunaan bahasa yang kaya akan gambaran dalam Yehezkiel memberikan kedalaman emosional dan spiritual pada nubuat ini. Kota Yerusalem, sebagai simbol umat Allah, dihadapkan pada kenyataan dosanya dengan cara yang tidak bisa diabaikan. Penglihatan ini bukan bertujuan untuk mempermalukan, melainkan untuk membawa kesadaran yang mendalam, sehingga pemulihan yang sejati dapat terjadi. Firman TUHAN yang datang seperti yang tercatat dalam Yehezkiel 16:1 adalah benih kebenaran yang diharapkan dapat menumbuhkan kehidupan baru dan kesetiaan yang diperbarui.

Melalui Yehezkiel, Allah menunjukkan belas kasihan-Nya yang besar dan keadilan-Nya yang teguh. Nubuat ini, yang dimulai dengan firman yang datang kepada nabi, terus berlanjut untuk menguraikan rencana Allah, baik dalam penghakiman maupun dalam pemulihan akhir bagi umat-Nya. Pesan ini masih relevan hingga kini, mengingatkan kita akan pentingnya kesetiaan kepada Allah dalam segala aspek kehidupan kita.