Firman Tuhan yang disampaikan melalui Nabi Yehezkiel kepada umat-Nya memiliki kedalaman makna dan seringkali disampaikan dalam bentuk perumpamaan yang tajam untuk menyadarkan mereka dari kesesatan. Salah satu bagian yang paling menggugah adalah pasal 16, di mana Yerusalem digambarkan bukan sebagai kota suci semata, tetapi sebagai seorang perempuan yang terlahir dalam keadaan yang menyedihkan, lalu tumbuh menjadi pribadi yang penuh dengan dosa dan pengkhianatan. Ayat pembuka, Yehezkiel 16:2, menjadi pengantar yang kuat untuk memahami narasi selanjutnya. Ia memerintahkan Yehezkiel untuk secara langsung menghadapi Yerusalem dan mengungkapkan segala bentuk "kekejian-kekejiannya". Ini bukan sekadar kritik, melainkan sebuah penganugerahan wahyu ilahi untuk mengungkap kebusukan yang tersembunyi di balik penampilan luar kota yang seharusnya kudus.
Deskripsi Yerusalem sebagai seorang anak yang "terbuang" di padang gurun saat kelahirannya dalam Yehezkiel 16:4-5 sungguh tragis. Ia tidak dibersihkan, tidak dilumuri dengan minyak, bahkan tidak dibungkus dengan lampin. Keadaan ini mencerminkan kondisi bangsa Israel saat keluar dari Mesir, di mana mereka dalam keadaan rentan dan tidak berdaya. Namun, gambaran ini juga menekankan bagaimana Tuhanlah yang kemudian mengangkat dan memelihara mereka. Yerusalem, dalam perumpamaan ini, ditemukan dan diberi kehidupan oleh Tuhan, yang melambangkan pemeliharaan dan kasih karunia ilahi yang tak terhingga. Pakaian indah, sepatu yang baik, dan selendang serta kerudung yang disiapkan untuknya menunjukkan betapa berharganya Yerusalem di mata Tuhan, dan betapa besar potensi yang diberikan kepadanya untuk menjadi kota yang mulia.
Sayangnya, potensi dan anugerah tersebut tidak dihargai dengan setia. Seiring pertumbuhan Yerusalem, ia menjadi semakin indah dan menarik perhatian banyak pihak. Namun, keindahan ini justru disalahgunakan untuk tujuan yang merusak. Ia berpaling dari Sumber kehidupannya dan mulai menjalin hubungan ilegal dengan banyak kekasih, yang melambangkan perzinahan rohani dengan bangsa-bangsa dan ilah-ilah asing. Perjanjian yang seharusnya eksklusif dengan Tuhan dilanggar demi kesenangan sesaat dan keuntungan materiil. Tindakan ini digambarkan sebagai tindakan pelacuran rohani yang sangat menjijikkan di mata Tuhan, karena ia telah dikuduskan dan diikat oleh perjanjian yang kudus.
Setiap bagian dari Yerusalem, mulai dari pakaiannya hingga perhiasannya, digunakan untuk memuaskan nafsu birahinya. Ini menunjukkan betapa meresapnya dosa dan penyembahan berhala dalam setiap aspek kehidupan kota. Sejarah kelam Yerusalem yang diungkapkan dalam Yehezkiel 16 adalah sebuah peringatan keras bagi setiap individu dan komunitas yang mengaku sebagai umat Tuhan. Kita dipanggil untuk memeriksa diri, apakah kita telah menggunakan karunia dan berkat Tuhan untuk kemuliaan-Nya, atau justru mengkhianati perjanjian kita dengan-Nya demi kesenangan duniawi dan kekejian lainnya. Pengetahuan tentang Yehezkiel 16:2 mendorong kita untuk terus berada dalam kewaspadaan rohani, agar kita tidak terjerumus dalam jurang dosa seperti yang dialami oleh Yerusalem.