Yehezkiel 16:28

"Juga engkau telah berzinah dengan orang Asyur, sungguh engkau telah memuaskan diri dengan mereka, tetapi itu pun belum cukup bagimu."

Keruntuhan Kota yang Bergantung Idola yang Menjauh

Simbol pengkhianatan dan kesia-siaan.

Dampak Pengkhianatan dan Ketergantungan

Ayat Yehezkiel 16:28 adalah bagian dari perikop yang menggambarkan dosa dan pengkhianatan kota Yerusalem yang disamakan dengan seorang perempuan pelacur. Gambaran ini sangat kuat dan menggugah, menyoroti bagaimana Yerusalem, yang seharusnya menjadi umat pilihan Allah, justru berulang kali berpaling dari-Nya untuk mencari perlindungan dan keuntungan pada bangsa-bangsa lain. Ayat ini secara spesifik menunjuk pada hubungan terlarang dengan bangsa Asyur.

Bangsa Asyur pada masanya merupakan kekuatan dominan di Timur Tengah, dikenal dengan militeristik dan kekejamannya. Keterlibatan Yerusalem dengan Asyur bukan hanya sekadar persekutuan politik atau ekonomi, tetapi merupakan bentuk penyembahan berhala dan penolakan terhadap otoritas Allah. Ini adalah pengkhianatan yang mendalam, karena Allah telah mengangkat Yerusalem, memberinya kemakmuran, dan menjadikannya pusat ibadah-Nya. Namun, alih-alih bersyukur dan setia, Yerusalem justru "berzinah" dengan kekuatan asing ini.

Frasa "sungguh engkau telah memuaskan diri dengan mereka, tetapi itu pun belum cukup bagimu" menunjukkan kedalaman hawa nafsu dan ketidakpuasan yang melanda Yerusalem. Mereka tidak hanya mencari perlindungan, tetapi juga menikmati kemewahan dan kekuatan yang ditawarkan oleh bangsa-bangsa lain, termasuk Asyur. Namun, kepuasan yang dicari justru bersifat sementara dan ilusi. Ketergantungan pada kekuatan duniawi ini pada akhirnya tidak memberikan keselamatan atau kebahagiaan sejati, bahkan sering kali membawa kehancuran.

Pelajaran Abadi dari Yehezkiel 16:28

Pesan dalam Yehezkiel 16:28 memiliki relevansi yang kuat bagi kehidupan kita di masa kini. Kita dapat melihatnya dalam berbagai bentuk ketergantungan dan pengkhianatan:

Melalui nabi Yehezkiel, Allah memperingatkan umat-Nya tentang konsekuensi dari pengkhianatan dan ketergantungan pada kekuatan yang salah. Pesan ini adalah panggilan untuk kembali kepada sumber sejati dari kehidupan, yaitu Allah sendiri. Kesetiaan kepada-Nya akan mendatangkan kedamaian, keamanan, dan kepuasan yang sesungguhnya, yang tidak dapat diberikan oleh bangsa-bangsa lain atau hal-hal duniawi. Ayat ini mengajarkan bahwa mencari kepuasan di luar Allah adalah jalan menuju kehancuran, dan kesetiaan kepada-Nya adalah kunci kebahagiaan abadi.