"Alangkah hebat nafsumu dan keremanganmu, hai perempuan jalang, sehingga engkau berbuat seperti itu!"
Kitab Yehezkiel sering kali menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang jelas untuk menggambarkan hubungan Allah dengan umat-Nya, serta konsekuensi dari ketidaktaatan. Dalam pasal 16, Yerusalem digambarkan sebagai seorang perempuan yang pada awalnya ditemukan dalam keadaan hina, namun kemudian diangkat, dipercantik, dan dihormati oleh Allah. Ia diberi segala kemewahan, kekayaan, dan kedudukan. Namun, bukannya setia, Yerusalem justru menyalahgunakan semua berkat itu untuk memuaskan hawa nafsu dan berzinah dengan banyak bangsa.
Ayat 30 dalam pasal ini merupakan seruan kepedihan dan peringatan dari Allah, yang ditujukan kepada Yerusalem. Kata "nafsu" dan "keremangan" menekankan betapa dalamnya keterlibatan kota ini dalam kebejatan moral dan spiritual. Ini bukan sekadar kesalahan kecil, melainkan sebuah pola perilaku yang merusak dan memalukan. Allah menyatakan betapa mengerikannya tindakan Yerusalem yang telah menyimpang dari jalan kebenaran, merusak jati dirinya, dan mempermalukan dirinya sendiri di mata bangsa-bangsa lain.
Pernyataan ini memiliki beberapa implikasi penting. Pertama, ini menunjukkan sifat Allah yang kudus dan adil. Allah tidak dapat mentolerir dosa dan kebejatan. Ketika umat-Nya menyimpang, Ia akan menyatakan ketidaksetujuan-Nya dan memberikan teguran yang keras. Kedua, ayat ini menyoroti betapa berbahayanya godaan dan bagaimana kesenangan sesaat dapat membawa pada kehancuran jangka panjang. Yerusalem, yang seharusnya menjadi gambaran kesetiaan dan kekudusan, malah menjadi contoh kebobrokan.
Namun, di balik teguran yang keras ini, terkadang terselip harapan akan pemulihan. Kitab Yehezkiel juga berbicara tentang rencana Allah untuk memulihkan umat-Nya, membersihkan mereka, dan mengembalikan mereka ke tanah perjanjian. Teguran ini sering kali bertujuan untuk membawa umat pada kesadaran akan dosa mereka, sehingga mereka dapat berbalik dan mencari pengampunan serta pemulihan dari Allah. Ayat-ayat selanjutnya dalam pasal ini dan kitab Yehezkiel secara keseluruhan sering kali mengungkap bagaimana Allah, meskipun menghukum, tetap berpegang pada janji kasih setia-Nya bagi mereka yang mau bertobat.
Pelajaran bagi kita hari ini adalah tentang pentingnya menjaga kekudusan hidup dan kesetiaan kepada Allah. Kita perlu waspada terhadap godaan yang dapat menjauhkan kita dari jalan kebenaran. Seperti Yerusalem, kita juga memiliki kecenderungan untuk jatuh dalam dosa dan memuaskan keinginan daging. Namun, Allah juga menawarkan pengampunan bagi mereka yang menyesal dan mau berbalik kepada-Nya. Marilah kita merenungkan perkataan Allah melalui nabi Yehezkiel ini sebagai peringatan sekaligus dorongan untuk terus hidup dalam kekudusan dan kesetiaan, serta bergantung pada anugerah-Nya untuk pemulihan.