"Tetapi Aku akan mengingat perjanjian-Ku dengan engkau pada masa mudamu, dan Aku akan mengadakan perjanjian kekal dengan engkau."
Ayat Yehezkiel 16:61 menyajikan sebuah janji ilahi yang sangat mendalam dan mengharukan. Di tengah gambaran kehancuran dan penghukuman yang seringkali menjadi konteks perikop ini, Tuhan justru menegaskan tentang kesetiaan-Nya yang tak tergoyahkan. Perjanjian yang telah dibuat-Nya akan terus Ia ingat dan tunaikan, bahkan ketika umat-Nya jatuh dalam dosa dan penyimpangan. Hal ini menjadi pengingat kuat bahwa kasih Allah bukanlah sesuatu yang bersyarat pada kesempurnaan manusia, melainkan berakar pada karakter-Nya sendiri yang setia dan penuh kasih. Perjanjian kekal yang dijanjikan ini bukan hanya sekadar kesepakatan, melainkan merupakan deklarasi hubungan yang tak terputus. Ini adalah penegasan bahwa meskipun manusia dapat berpaling, melupakan, dan mengkhianati, Allah tetap pada firman-Nya. Ia mengingat janji-janji-Nya, terutama janji penebusan yang berujung pada karya Kristus. Ayat ini melampaui konteks sejarah Israel kuno, membentang hingga kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya hari ini. Ia mengingat perjanjian-Nya dengan kita, yang diteguhkan melalui darah Kristus, sebagai perjanjian yang abadi. Fokus pada "masa mudamu" dalam ayat ini memberikan dimensi personal yang luar biasa. Tuhan mengingat umat-Nya bahkan sejak permulaan hubungan mereka, saat cinta itu masih segar dan baru. Ini mencerminkan bagaimana Tuhan menghargai setiap langkah perjalanan iman kita, bahkan ketika kita masih dalam tahap awal pertumbuhan rohani. Ia tidak melupakan titik awal di mana kita pertama kali menemukan kasih-Nya. Janji ini menawarkan kepastian dan pengharapan di tengah ketidakpastian hidup. Kapan pun kita merasa sendirian, dilupakan, atau dihukum oleh kesalahan kita sendiri, kita dapat berpaling kepada Firman Tuhan ini dan menemukan penghiburan. Menghadapi tantangan dan kegagalan dalam kehidupan, seringkali kita merasa diri tidak layak atau terlupakan. Namun, Yehezkiel 16:61 mengingatkan kita bahwa kesetiaan Allah tidak bergantung pada kelayakan kita. Ia mengingat perjanjian-Nya secara proaktif. Janji-janji-Nya adalah jangkar bagi jiwa kita, kokoh dan tak tergoyahkan. Perjanjian kekal ini adalah fondasi dari iman Kristen, yang menjamin pemulihan, pengampunan, dan hubungan yang langgeng dengan Pencipta kita. Melalui janji ini, kita diajak untuk hidup dalam keyakinan akan kasih Allah yang terus-menerus, yang selalu baru setiap pagi dan tidak pernah habis. Ini adalah sumber kekuatan dan harapan yang tak ternilai.