"dan tidak menindas orang lain, melainkan mengembalikan tettangannya, dan tidak melakukan perampasan, melainkan memberikan makanannya kepada orang lapar, dan memberi pakaian kepada orang telanjang."
Ayat Yehezkiel 18:16 adalah bagian dari nubuatan yang disampaikan oleh Nabi Yehezkiel kepada bangsa Israel. Dalam konteks pasal 18, Allah melalui Yehezkiel sedang membantah peribahasa yang umum di kalangan mereka, yaitu bahwa "Bapa-bapa makan buah asam, dan gigi anak-anaknya yang menjadi ngilu" (Yehezkiel 18:2). Peribahasa ini mencerminkan pemahaman yang keliru tentang keadilan ilahi, di mana mereka merasa bahwa mereka menanggung dosa nenek moyang mereka. Allah menegaskan bahwa setiap individu bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri di hadapan-Nya.
Fokus pada Yehezkiel 18:16 memberikan gambaran konkret mengenai bagaimana seharusnya seseorang hidup jika ia ingin hidup benar di hadapan Allah. Ayat ini tidak hanya berbicara tentang apa yang tidak boleh dilakukan, tetapi juga secara positif menyatakan tindakan-tindakan kebaikan dan keadilan yang harus dijalankan. "Tidak menindas orang lain" adalah prinsip mendasar. Penindasan dalam berbagai bentuknya, baik secara fisik, ekonomi, maupun sosial, adalah tindakan yang dibenci Allah. Ini menunjukkan pentingnya menghargai martabat setiap individu dan memperlakukan mereka dengan adil, tanpa memanfaatkan kelemahan atau kekuasaan yang dimiliki.
Selanjutnya, ayat ini menekankan pentingnya mengembalikan apa yang menjadi hak orang lain. Ini bisa berarti mengembalikan barang yang dipinjam, membayar utang yang tertunda, atau bahkan mengembalikan hak-hak yang telah dirampas secara tidak sah. Tindakan ini adalah wujud dari integritas dan kejujuran dalam hubungan antarmanusia. Hal ini juga terkait erat dengan prinsip "tidak melakukan perampasan". Perampasan adalah tindakan mengambil sesuatu yang bukan milik kita dengan cara yang curang atau paksa. Keadilan menuntut agar kita menghormati kepemilikan orang lain dan tidak mengambil keuntungan dari kelemahan mereka.
Bagian terakhir dari ayat ini, "melainkan memberikan makanannya kepada orang lapar, dan memberi pakaian kepada orang telanjang," adalah penekanan pada tindakan belas kasih dan kepedulian sosial. Kehidupan yang benar di hadapan Allah tidak hanya tentang tidak melakukan kejahatan, tetapi juga secara aktif berbuat baik kepada sesama, terutama mereka yang paling membutuhkan. Memberi makan orang lapar dan memberi pakaian kepada orang telanjang adalah bentuk paling dasar dari kemurahan hati dan empati. Ini menunjukkan bahwa kebenaran teologis harus tercermin dalam tindakan nyata yang berdampak positif pada kehidupan orang lain.
Melalui Yehezkiel 18:16, Allah mengajarkan bahwa keadilan ilahi bersandar pada tanggung jawab pribadi. Setiap orang akan dihakimi berdasarkan perilakunya sendiri. Kehidupan yang berkenan kepada Allah adalah kehidupan yang diwarnai oleh penolakan terhadap penindasan dan perampasan, serta diisi dengan tindakan pengembalian hak dan kemurahan hati yang tulus kepada mereka yang membutuhkan. Ini adalah panggilan untuk hidup dalam kebenaran, yang mencakup aspek keadilan sosial dan kasih kepada sesama.