Yehezkiel 19:3

"Dan ia memelihara seekor anak singa, dan ia belajar menerkam mangsa. Ia memangsa manusia."

Singa Betina yang Perkasa dan Keturunannya

Kitab Yehezkiel, seorang nabi yang berbicara kepada umat Israel yang terbuang di Babel, penuh dengan penglihatan dan nubuat yang kuat. Salah satu gambaran yang paling mencolok muncul dalam pasal 19, di mana Yehezkiel menggunakan perumpamaan tentang singa betina dan anak-anaknya untuk menggambarkan nasib tragis raja-raja Yehuda. Ayat ketiga, "Dan ia memelihara seekor anak singa, dan ia belajar menerkam mangsa. Ia memangsa manusia," membuka tirai tentang gambaran yang mengerikan namun signifikan ini.

Dalam konteks perumpamaan ini, singa betina melambangkan seorang ratu atau tokoh wanita terkemuka dalam garis keturunan kerajaan Yehuda. Anak singa yang dipeliharanya adalah para pangeran atau keturunan raja yang diharapkan akan meneruskan tahta. Awalnya, gambaran ini mungkin terdengar kuat dan menjanjikan. Seekor anak singa yang belajar menerkam mangsa menunjukkan potensi, kekuatan, dan kemampuan untuk bertahan hidup serta memimpin. Namun, nada perumpamaan ini segera berubah menjadi gelap.

Ungkapan "Ia memangsa manusia" mengindikasikan perilaku yang destruktif dan merusak. Ini bukan lagi tentang kepemimpinan yang bijaksana atau pertahanan diri yang layak, melainkan tentang tindakan yang kejam, menindas, dan mungkin bersifat merusak terhadap bangsanya sendiri. Ini bisa merujuk pada keserakahan, ketidakadilan, atau bahkan kekerasan yang dilakukan oleh para pemimpin Yehuda yang seharusnya melindungi rakyat mereka.

Ilustrasi singa betina muda menerkam mangsa

Perumpamaan singa betina menggambarkan kekuatan yang bisa berujung pada kehancuran.

Perumpamaan ini terus berlanjut dalam pasal-pasal selanjutnya, menggambarkan bagaimana anak-anak singa itu akhirnya tertangkap dan dibawa ke pembuangan, melambangkan kehancuran kerajaan Yehuda dan pembuangan bangsanya ke Babel. Yehezkiel menggunakan gambaran hewan buas ini untuk menyoroti kegagalan moral dan spiritual para pemimpin Israel. Mereka seharusnya menjadi gembala yang melindungi kawanan mereka, tetapi malah menjadi predator yang memangsa mereka.

Analisis Yehezkiel 19:3 mengundang kita untuk merenungkan sifat kepemimpinan. Kekuatan dan kemampuan, seperti yang dimiliki oleh singa betina dan anak singanya, bukanlah tujuan akhir. Yang terpenting adalah bagaimana kekuatan itu digunakan. Apakah untuk kebaikan, keadilan, dan perlindungan, atau untuk penindasan dan kehancuran? Gambaran "memangsa manusia" adalah peringatan keras tentang konsekuensi dari penyalahgunaan kekuasaan dan penolakan terhadap prinsip-prinsip ilahi.

Yehezkiel mengajarkan bahwa bahkan kekuatan yang tampak kuat dan mengintimidasi dapat berujung pada kejatuhan jika tidak diarahkan oleh kebijaksanaan dan kebenaran. Perumpamaan ini tetap relevan hingga kini, mengingatkan kita untuk mengevaluasi para pemimpin kita dan diri kita sendiri: bagaimana kita menggunakan kekuatan dan pengaruh yang kita miliki? Apakah kita membangun atau merusak? Apakah kita melindungi atau memangsa?