Yehezkiel 20:1

"Maka terjadilah pada tahun kesembilan dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal dua belas bulan itu, datanglah firman TUHAN kepadaku:"

Memulai Perjalanan Nabi Yehezkiel

Ayat pembuka dari Kitab Yehezkiel, tepatnya pasal 20 ayat 1, memberikan sebuah titik tolak yang tegas. Ayat ini bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah pengantar yang sarat makna, menandai dimulainya pesan kenabian yang akan disampaikan Yehezkiel kepada bangsanya yang terbuang. Frasa "Maka terjadilah pada tahun kesembilan dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal dua belas bulan itu" memberikan konteks waktu yang spesifik. Ini menunjukkan bahwa pesan ilahi memiliki timing yang tepat, tidak acak, dan diperuntukkan bagi momen krusial dalam sejarah umat pilihan Tuhan. Tahun kesembilan dalam pembuangan di Babel merupakan periode yang penuh dengan keputusasaan dan ketidakpastian bagi bangsa Israel. Mereka telah menyaksikan kehancuran Yerusalem dan Bait Suci, sebuah pukulan telak yang menguji iman mereka hingga batasnya.

Dalam konteks sejarah tersebut, kedatangan firman TUHAN kepada Yehezkiel adalah sebuah sinar harapan yang sangat dibutuhkan. Peristiwa ini terjadi di tanah pembuangan, jauh dari tanah perjanjian mereka. Ini menegaskan bahwa kehadiran dan kuasa Tuhan tidak terbatas pada batas geografis atau kemegahan fisik Bait Suci. Tuhan tetap berbicara dan berinteraksi dengan umat-Nya di mana pun mereka berada, bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun. Ayat ini mengundang kita untuk merenungkan bagaimana Tuhan sering kali memilih momen-momen tergelap dalam kehidupan untuk menyatakan diri-Nya dengan cara yang paling kuat dan mendalam.

TUHAN Berbicara di Tengah Pembuangan

Makna Mendalam di Balik Frasa

Tanggal yang disebutkan, "bulan yang kesepuluh, pada tanggal dua belas bulan itu," memiliki bobot historis dan teologis yang signifikan. Dalam tradisi Yahudi, bulan kesepuluh (Tevet) adalah bulan di mana pengepungan Yerusalem oleh Babel dimulai (II Raja-raja 25:1). Ini adalah awal dari masa-masa sulit yang berujung pada kehancuran kota. Kedatangan firman Tuhan pada tanggal ini, beberapa tahun setelah peristiwa mengerikan tersebut, menunjukkan bahwa Tuhan tidak melupakan umat-Nya meskipun mereka sedang dihukum. Sebaliknya, pesan yang akan disampaikan kemungkinan besar berkaitan dengan penyebab pembuangan tersebut – ketidaktaatan umat Israel dan penyembahan berhala – serta jalan menuju pemulihan.

Frasa "datanglah firman TUHAN kepadaku" adalah inti dari setiap pesan kenabian. Ini menegaskan bahwa Yehezkiel bukan berbicara atas inisiatifnya sendiri, melainkan sebagai utusan langsung dari Yang Maha Kuasa. Pengakuan atas otoritas ilahi ini menjadi fondasi bagi kebenaran dan otoritas pesan yang akan diutarakannya. Bagi para pendengar, terutama mereka yang berada di tengah keputusasaan, firman Tuhan yang datang melalui Yehezkiel adalah jangkar bagi iman mereka. Pesan ini datang bukan untuk menambah penderitaan, tetapi untuk memberikan pemahaman, teguran, dan akhirnya, harapan pemulihan.

Yehezkiel 20:1 adalah pengingat bahwa Tuhan adalah Tuhan yang aktif dalam sejarah. Dia tidak pasif mengamati penderitaan ciptaan-Nya. Dia memilih untuk berbicara, untuk berkomunikasi, bahkan ketika umat-Nya berada dalam kegelapan terburuk. Ayat ini membuka pintu menuju sebuah narasi kenabian yang kompleks, yang akan menggali dosa-dosa masa lalu, konsekuensi ketidaktaatan, dan janji pemulihan yang tak tergoyahkan dari Tuhan yang setia. Pesan ini, meskipun ditujukan kepada bangsa Israel kuno, memiliki relevansi abadi bagi setiap individu yang mencari bimbingan dan pengharapan di tengah tantangan hidup.

Pelajari lebih lanjut tentang Yehezkiel di sini.