Yehezkiel 20:18

"Tetapi Aku berkata kepada mereka di padang gurun: Janganlah kamu hidup menurut hukum nenek moyangmu, janganlah kamu menjalankan peraturan mereka, dan janganlah kamu menajiskan diri dengan berhala-berhala mereka."

Pelajaran dari Padang Gurun Menghadapi Masa Lalu, Meraih Masa Depan

Ayat Yehezkiel 20:18 merupakan seruan tegas dari Allah kepada umat-Nya. Dalam konteks sejarah Israel, ayat ini muncul di saat mereka sedang berada di padang gurun, sebuah periode transisi penting setelah keluar dari perbudakan Mesir. Allah mengingatkan mereka untuk tidak mengikuti jejak dan adat istiadat nenek moyang mereka yang telah menyimpang dari jalan Tuhan.

Pesan ini sangat relevan bagi kita di masa kini. Seringkali, kita cenderung mewarisi kebiasaan, pola pikir, atau nilai-nilai dari generasi sebelumnya tanpa melakukan evaluasi kritis. Beberapa dari warisan ini mungkin baik dan membangun, namun ada pula yang justru membawa kita menjauh dari tujuan hidup yang sejati, bahkan menodai hubungan kita dengan Sang Pencipta. Ayat ini mengajak kita untuk berhenti sejenak dan merenungkan tradisi serta kebiasaan yang kita jalani.

Kata "menodai diri dengan berhala-berhala mereka" bukan hanya merujuk pada penyembahan patung fisik, tetapi juga bisa diartikan secara luas. Berhala modern bisa berupa keserakahan, ambisi yang tidak sehat, kebanggaan diri yang berlebihan, atau ketergantungan pada hal-hal duniawi yang menggantikan posisi Tuhan dalam hidup kita. Allah menginginkan umat-Nya memiliki hati yang murni dan setia hanya kepada-Nya.

Perjalanan di padang gurun adalah metafora untuk perjalanan spiritual kita. Di tengah ketidakpastian dan ujian, kita dipanggil untuk tetap berpegang teguh pada firman Tuhan dan meninggalkan segala sesuatu yang menghalangi pertumbuhan iman kita. Allah tidak hanya ingin kita terbebas dari penjajahan fisik, tetapi juga dari penjajahan pola pikir dan perilaku yang menyesatkan.

Dengan memahami dan meresapi Yehezkiel 20:18, kita diberi kekuatan untuk membuat pilihan yang lebih baik. Ini adalah undangan untuk memutus siklus kesalahan masa lalu, untuk mencari jalan yang benar sesuai kehendak Tuhan, dan untuk membangun masa depan yang penuh harapan dan berkat. Ini adalah panggilan untuk pemurnian diri, keberanian untuk meninggalkan kebiasaan lama yang merusak, dan kesediaan untuk berjalan di jalan yang baru, jalan yang dipimpin oleh hikmat ilahi. Dengan demikian, kita dapat hidup dalam kebenaran dan kemuliaan-Nya.