"Tetapi Aku bertindak demi nama-Ku sendiri, supaya jangan Ia dicemarkan di depan bangsa-bangsa, di depan mata mereka, yang di tengah-tengah merekalah Aku membebaskan mereka."
Ayat Yehezkiel 20:22 adalah sebuah pernyataan kuat tentang karakter Allah dan cara-Nya bertindak terhadap umat-Nya, bahkan di tengah-tengah pengkhianatan dan pemberontakan. Ayat ini berbicara tentang kehendak ilahi yang bekerja dalam sejarah manusia, bukan sekadar sebagai respons terhadap perbuatan manusia, melainkan sebagai manifestasi dari kesetiaan dan kesucian-Nya sendiri.
Dalam konteks pasal 20, Yehezkiel sedang menyampaikan nubuat kepada bangsa Israel yang terbuang di Babel. Mereka merindukan penebusan dan pemulihan, namun mereka juga terus bergelut dengan dosa ketidaktaatan yang telah membawa mereka ke dalam pembuangan. Di tengah situasi yang tampaknya tanpa harapan ini, Allah berbicara melalui Yehezkiel untuk mengingatkan mereka bahwa tindakan-Nya untuk membebaskan mereka dari Mesir di masa lalu bukanlah karena kebaikan mereka, melainkan karena "nama-Ku" sendiri.
Kalimat "Tetapi Aku bertindak demi nama-Ku sendiri" menegaskan bahwa motivasi utama Allah adalah untuk menjaga kehormatan dan kemuliaan-Nya di hadapan dunia. Bangsa Israel telah membawa nama Allah dicemarkan melalui penyembahan berhala dan ketidaktaatan mereka di padang gurun. Jika Allah membiarkan mereka dihancurkan sepenuhnya, maka bangsa-bangsa lain akan melihatnya sebagai bukti bahwa Allah Israel lemah atau tidak mampu melindungi umat-Nya. Ini akan menjadi aib besar bagi nama-Nya yang kudus. Oleh karena itu, Allah memilih untuk menunjukkan kekuasaan dan kesetiaan-Nya demi memelihara kesucian nama-Nya.
Ayat ini juga menggarisbawahi konsep imanensi dan transendensi Allah. Allah hadir di antara umat-Nya ("di tengah-tengah merekalah Aku membebaskan mereka"), merasakan penderitaan mereka, dan bekerja dalam sejarah mereka. Namun, pada saat yang sama, Allah transenden, artinya Ia berada di atas segalanya, tidak terikat oleh keberadaan atau perilaku manusia. Tindakan-Nya tidak bergantung pada kelayakan manusia, melainkan pada sifat-Nya yang kudus dan setia.
Bagi kita saat ini, Yehezkiel 20:22 memberikan jaminan yang luar biasa. Meskipun kita mungkin seringkali gagal dan memberontak, Allah tidak bertindak semata-mata berdasarkan kesalahan kita. Ia memiliki rencana penebusan yang lebih besar, yang berakar pada karakter-Nya yang kekal. Ketika kita merasakan kesulitan atau ketika iman kita goyah, kita dapat diingatkan bahwa Allah tetap setia kepada diri-Nya sendiri dan kepada janji-janji-Nya. Ia akan bertindak demi kemuliaan nama-Nya, yang berarti Ia akan membawa rencana keselamatan-Nya pada kesempurnaan, memulihkan umat-Nya, dan menjadikan nama-Nya dihormati di seluruh bumi. Ini adalah sumber pengharapan yang mendalam, sebuah kepastian bahwa kesetiaan Allah tidak pernah gagal.