Ayat ini, Yehezkiel 22:3, merupakan bagian dari nubuat Yeremia yang disampaikan kepada kota Yerusalem. Frasa "kota yang mencurahkan darah" dan "mengotori dirimu dengan berhala" melukiskan gambaran yang sangat suram tentang kondisi spiritual dan moral bangsa Israel pada masa itu. Ini adalah teguran keras dari Tuhan yang menunjukkan betapa jauhnya mereka telah menyimpang dari jalan-Nya.
Kata "mencurahkan darah" bukan hanya merujuk pada pembunuhan dan kejahatan fisik, tetapi juga dapat mencakup ketidakadilan, penindasan terhadap yang lemah, dan pelanggaran perjanjian yang berakibat pada hilangnya nyawa dan penderitaan yang mendalam. Dalam konteks kota yang dipilih Tuhan, tindakan-tindakan ini adalah pengkhianatan besar terhadap identitas mereka sebagai umat Tuhan. Mereka seharusnya menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain, namun justru menjadi contoh buruk dalam hal kekerasan dan kekejaman.
Selanjutnya, ayat ini juga menyoroti dosa penyembahan berhala. "Membuat berhala untuk mengotori dirimu" menunjukkan bahwa mereka tidak hanya tersesat dalam praktik keagamaan yang salah, tetapi juga secara aktif memilih untuk menjauhkan diri dari kekudusan Tuhan. Berhala-berhala itu adalah simbol dari penyembahan diri, kekayaan duniawi, atau kekuatan lain yang mereka anggap lebih penting daripada Sang Pencipta. Akibatnya, kekudusan mereka ternoda, dan hubungan mereka dengan Tuhan menjadi tercemar.
Simbol keteguhan hati di tengah kegelapan.
Pesan Yehezkiel 22:3 ini memiliki relevansi yang mendalam hingga kini. Sebagai individu maupun sebagai komunitas, kita sering kali menghadapi godaan untuk mengadopsi nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran ilahi. Kekerasan, ketidakadilan, materialisme, dan berbagai bentuk penyembahan berhala modern dapat dengan mudah mengotori hati dan kehidupan kita. Tuhan memanggil kita untuk introspeksi diri, untuk meninjau kembali prioritas kita, dan untuk memastikan bahwa hidup kita mencerminkan kasih dan kebenaran-Nya.
Tuhan tidak senang melihat umat-Nya hidup dalam dosa dan kehancuran moral. Peringatan dalam Yehezkiel 22:3 adalah panggilan untuk pertobatan. Ini adalah kesempatan untuk berbalik dari jalan yang salah, membersihkan diri dari segala sesuatu yang mengotori kita, dan kembali kepada kesetiaan kepada Tuhan. Kejatuhan Yerusalem mengajarkan konsekuensi serius dari mengabaikan firman Tuhan, sementara janji pemulihan selalu terbuka bagi mereka yang bertobat dan mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Mari kita renungkan firman ini dan terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, agar kita tidak menjadi seperti kota yang digambarkan dalam ayat ini, melainkan menjadi terang yang memuliakan Tuhan.