Yehezkiel 22:9

Di antaramu ada penghina dan pemfitnah; di antaramu ada pula orang yang menindas dan memeras.

Kejujuran Diuji, Kebaikan Diteguhkan

Simbol kesetiaan dan kejernihan di tengah badai keraguan.

Kitab Yehezkiel, seorang nabi yang menyaksikan kejatuhan Yerusalem, seringkali menyajikan gambaran yang gamblang tentang realitas moral umat Allah pada masanya. Ayat ke-9 dari pasal 22 ini adalah salah satu contohnya, di mana ia dengan tegas mengidentifikasi kegagalan moral yang merusak tatanan masyarakat dan hubungan mereka dengan Tuhan. Frasa "penghina dan pemfitnah," "orang yang menindas dan memeras" melukiskan sebuah gambaran kelam tentang individu-individu yang perilakunya tidak hanya merugikan sesama, tetapi juga melanggar prinsip-prinsip keadilan ilahi.

Mengapa firman Tuhan perlu mengingatkan kita tentang hal-hal ini? Ayat ini bukan sekadar catatan sejarah atau tuduhan tanpa dasar. Ini adalah peringatan keras yang relevan di setiap zaman. Penghinaan dan fitnah merusak integritas pribadi dan reputasi, menciptakan ketidakpercayaan dan permusuhan. Tindakan menindas dan memeras menunjukkan eksploitasi terhadap mereka yang lebih lemah, sebuah bentuk ketidakadilan yang seringkali dibenarkan oleh kekuasaan dan keserakahan. Yehezkiel menyoroti bahwa kondisi seperti ini adalah inti dari kerusakan spiritual dan sosial.

Dalam konteks modern, kita mungkin tidak selalu menggunakan istilah yang sama, namun fenomena ini tetap ada dalam berbagai bentuk. Perundungan di dunia maya, berita bohong yang sengaja disebarkan, kesenjangan ekonomi yang lebar akibat praktik bisnis yang tidak etis, atau penyalahgunaan wewenang dalam berbagai tingkatan, semuanya mencerminkan dosa-dosa yang diungkapkan oleh Yehezkiel. Teks ini mengajak kita untuk merenungkan, apakah nilai-nilai keadilan, kejujuran, dan kasih sesama masih menjadi fondasi dalam kehidupan kita sehari-hari, baik secara individu maupun kolektif.

Menghadapi kenyataan seperti ini, respon apa yang seharusnya kita ambil? Pertama, adalah pengakuan jujur atas keberadaan dosa-dosa ini di sekitar kita, dan bahkan mungkin di dalam diri kita sendiri. Kedua, panggilan untuk bertobat dan mengubah arah hidup. Bagi mereka yang terlibat dalam praktik-praktik merusak ini, ada kebutuhan mendesak untuk berhenti dan mencari pengampunan. Bagi mereka yang menjadi korban, ada kekuatan dalam kebenaran dan keadilan yang pada akhirnya akan menang. Ayat Yehezkiel 22:9 mengingatkan kita bahwa kesetiaan kepada Tuhan teruji oleh cara kita memperlakukan sesama.

Ketika kita merenungkan Yehezkiel 22:9, kita diundang untuk membangun masyarakat yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang mendalam: penghormatan terhadap martabat setiap individu, keadilan yang merata, dan kejujuran yang tak tergoyahkan. Ini adalah tantangan yang terus menerus, tetapi juga sebuah harapan untuk masa depan yang lebih baik, di mana kebaikan akan selalu menemukan jalannya untuk diteguhkan di atas segala bentuk kejahatan.