Yehezkiel 23:10

"Inilah orang-orang yang bernafsu kepadanya; dia berzina dengan mereka, dan karena itu tubuhnya dinajiskan."
Ilustrasi perumpamaan tentang Samaria dan Yehuda Kisah Keterpurukan Dosa

Makna Perikop Yehezkiel 23:10

Ayat Yehezkiel 23:10 merupakan bagian dari perikop yang lebih panjang dalam Kitab Yehezkiel, di mana nabi diutus untuk menyampaikan peringatan dan penghakiman Allah kepada umat Israel. Perikop ini menggunakan perumpamaan tentang dua orang perempuan bersaudara, Ohola (melambangkan Samaria, ibukota Kerajaan Utara) dan Oholiba (melambangkan Yehuda, ibukota Kerajaan Selatan), untuk menggambarkan dosa perzinahan rohani yang dilakukan oleh bangsa Israel. Dosa perzinahan rohani ini merujuk pada penyembahan berhala dan penolakan terhadap perjanjian dengan Allah, serta mengandalkan kekuatan bangsa asing daripada bergantung pada Tuhan.

Secara spesifik, Yehezkiel 23:10 menyatakan bahwa Ohola (Samaria) telah "berzina" dengan para peminatnya, dan "tubuhnya dinajiskan." Ungkapan ini sangat kuat dan lugas. "Peminatnya" dalam konteks ini bukan hanya merujuk pada hubungan seksual, tetapi lebih dalam lagi menggambarkan hubungan politik dan militer yang dijalin Samaria dengan bangsa-bangsa lain, seperti Asyur dan Mesir. Alih-alih mencari perlindungan dan pertolongan dari Allah, mereka justru bersekutu dengan kekuatan duniawi yang pada akhirnya akan membawa kehancuran bagi mereka.

Penajisan tubuh dalam perikop ini secara simbolis menggambarkan dampak dari dosa. Ketika seseorang atau sebuah bangsa berzinah secara rohani, mereka mencemarkan diri mereka sendiri di hadapan Allah. Ini adalah konsekuensi dari mengingkari kesetiaan kepada satu-satunya Tuhan yang benar. Gambaran ini menekankan betapa seriusnya dosa penyembahan berhala dan ketidaksetiaan kepada Allah. Allah memandang perzinahan rohani ini sebagai pengkhianatan yang mendalam terhadap perjanjian kasih yang telah Ia buat dengan umat-Nya.

Peringatan yang Relevan

Kisah Samaria, seperti yang digambarkan dalam Yehezkiel 23:10, berfungsi sebagai peringatan yang tajam. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan pada kekuatan duniawi, ambisi politik yang menyimpang, dan penolakan terhadap prinsip-prinsip ilahi akan selalu berujung pada konsekuensi yang menyakitkan. Bangsa Israel, melalui Ohola, belajar dengan cara yang paling sulit tentang akibat dari berpaling dari Allah.

Meskipun ayat ini berasal dari konteks sejarah Israel kuno, pesannya tetap relevan. Dalam kehidupan modern, perzinahan rohani dapat dimanifestasikan dalam berbagai bentuk: keserakahan yang mengalahkan nilai-nilai moral, penekanan pada kekayaan materi di atas hubungan dengan Tuhan, atau pencarian identitas dan keamanan pada ideologi atau kekuatan duniawi yang menolak otoritas ilahi. Peringatan dalam Yehezkiel 23:10 mengajak kita untuk merefleksikan di mana kesetiaan kita tertuju dan apakah kita cenderung mencari perlindungan pada sumber yang salah.

Penting untuk diingat bahwa meskipun Kitab Yehezkiel penuh dengan peringatan tentang penghakiman, ia juga menawarkan harapan akan pemulihan. Namun, pemulihan hanya dapat terjadi setelah pengakuan dosa dan pertobatan yang tulus. Yehezkiel 23:10, dengan gambaran yang kuat tentang kenajisan, menjadi pengingat akan harga dari dosa dan kebutuhan mendesak akan kembali kepada sumber kesetiaan yang sejati, yaitu Allah sendiri.