Yehezkiel 23:13

"Dan setelah ia merasa puas dengan perempuan-perempuan itu, ia berbuat zinah lebih banyak lagi, dan juga mengirim orang-orang kepada orang Kasdim untuk bergaul dengan mereka."
Ketaatan yang Pudar
Ilustrasi: Ketaatan yang Pudar

Ayat Yehezkiel 23:13 menggambarkan sebuah gambaran yang suram mengenai kemurtadan dan ketidaksetiaan. Dalam konteks yang lebih luas, pasal ini menceritakan tentang alegori yang digunakan oleh Allah melalui nabi Yehezkiel untuk menggambarkan dosa-dosa yang dilakukan oleh Kerajaan Israel dan Yehuda. Mereka diibaratkan seperti dua bersaudari, Oholah (Samaria) dan Oholibah (Yerusalem), yang melakukan perzinahan spiritual dengan bangsa-bangsa asing dan menyembah berhala.

Fokus pada ayat 13 ini menyoroti bagaimana pencarian kesenangan duniawi yang berlebihan dapat membawa seseorang semakin jauh dari jalan kebenaran. Ketika hati telah mulai condong kepada kesesatan, godaan untuk terus berbuat salah akan semakin besar. Ayat ini menunjukkan bahwa setelah "merasa puas" dengan hubungan yang menyimpang, bukan berarti keinginan untuk berbuat dosa berhenti. Sebaliknya, kepuasan semu tersebut justru memicu keinginan yang lebih besar lagi, bahkan mendorong untuk mencari jalan baru menuju pelanggaran yang lebih dalam.

Kisah Oholibah, yang diwakili dalam ayat ini, menggambarkan bangsa Yehuda yang pada awalnya memiliki hubungan yang lebih baik dengan Tuhan dibandingkan Samaria (Oholah). Namun, seiring waktu, Yerusalem pun terjerumus ke dalam dosa. Ayat ini secara spesifik menyebutkan bahwa mereka "mengirim orang-orang kepada orang Kasdim untuk bergaul dengan mereka." Ini menunjukkan sebuah tindakan yang disengaja, bukan sekadar tersandung, melainkan sebuah usaha aktif untuk menjalin hubungan yang tidak saleh dengan bangsa lain, yang seringkali dikaitkan dengan praktik-praktik penyembahan berhala dan moralitas yang rendah.

Pesan yang terkandung dalam Yehezkiel 23:13 sangat relevan hingga kini. Ia mengingatkan kita bahwa kemurtadan spiritual atau penyimpangan moral bukanlah sesuatu yang statis. Ada sebuah dinamika yang terus bergerak menuju kehancuran jika tidak ada penyesalan dan pertobatan. Kepuasan sesaat dari dosa seringkali hanya menjadi pembuka pintu bagi keinginan yang lebih besar, menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus. Pengaruh dari lingkungan dan pergaulan juga sangat ditekankan, di mana mereka secara aktif mencari "pergaulan" dengan bangsa yang menyimpang.

Dalam menghadapi godaan dan keinginan yang menyimpang, penting untuk senantiasa mengingat kembali perjanjian kita dengan Tuhan. Ketaatan yang tulus kepada firman-Nya adalah benteng terkuat kita. Ayat ini adalah sebuah peringatan keras, namun juga merupakan panggilan untuk menjaga kesucian hati dan kesetiaan kepada Tuhan, agar kita tidak tersesat dalam kesenangan semu yang pada akhirnya hanya membawa pada kehancuran. Merasa puas dengan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan adalah langkah awal menuju jurang yang lebih dalam.