Ayat Yehezkiel 23:9 adalah bagian dari serangkaian nubuat yang diucapkan oleh Nabi Yehezkiel kepada bangsa Israel. Ayat ini merupakan bagian dari perikop yang panjang, di mana Yehezkiel menggunakan alegori untuk menggambarkan dosa-dosa perzinahan rohani yang dilakukan oleh Samaria dan Yerusalem. Dalam konteks ini, Samaria dan Yerusalem diibaratkan sebagai dua bersaudara perempuan bernama Oholah (melambangkan Samaria, Kerajaan Utara) dan Oholibah (melambangkan Yerusalem, Kerajaan Selatan).
Ayat 9 ini secara spesifik menunjuk kepada dosa yang telah dilakukan oleh Oholah, yang diidentikkan dengan Samaria. Frasa "dia yang sudah pernah ada, masih ada" mengindikasikan bahwa dosa-dosa dan kebejatan yang pernah dilakukan oleh Samaria, yang merupakan nenek moyang atau generasi sebelumnya, masih terus berlanjut dan merusak generasi penerusnya. Ini menekankan sifat dosa yang bisa turun-temurun dan menjadi warisan destruktif jika tidak diatasi.
Lebih lanjut, ayat tersebut menyebutkan, "telah ditumpahkanlah darah para perempuan tua yang menjadi induknya, dan mereka telah dihancurkan dia." Pernyataan ini bisa diinterpretasikan dalam beberapa cara. Pertama, bisa jadi merujuk pada kehancuran dan pembuangan bangsa Israel di masa lalu yang disebabkan oleh dosa-dosa leluhur mereka. Darah yang tertumpah adalah konsekuensi dari ketidaksetiaan mereka kepada Allah. "Perempuan tua yang menjadi induknya" bisa merujuk pada generasi sebelumnya yang hidup dalam dosa, atau bahkan bisa juga merujuk pada penentangan terhadap otoritas ilahi yang telah ditetapkan.
Kedua, ini bisa juga diartikan sebagai gambaran dari bagaimana dosa-dosa tersebut pada akhirnya menghancurkan diri mereka sendiri. Kebejatan dan penyembahan berhala yang merajalela pada akhirnya membawa kehancuran total, seperti seorang anak yang berbalik melawan dan menghancurkan orang tuanya yang lemah dan sakit-sakitan. Dalam konteks Yehezkiel, dosa-dosa ini tidak hanya berdampak pada bangsa Israel itu sendiri, tetapi juga menjadi sumber kesaksian yang buruk di hadapan bangsa-bangsa lain, serta mendatangkan murka Allah yang adil.
Nubuat ini menjadi peringatan keras tentang konsekuensi dari dosa yang terus-menerus dan ketidaksetiaan kepada Allah. Yehezkiel dipanggil untuk menyatakan kebenaran yang keras, yang seringkali tidak disukai oleh pendengarnya, tetapi sangat penting untuk pengingatan dan pertobatan. Ayat Yehezkiel 23:9, dengan bahasanya yang lugas, menggambarkan siklus kehancuran yang disebabkan oleh dosa yang diwariskan dan kegagalan untuk belajar dari kesalahan masa lalu. Ini adalah pengingat abadi bahwa kesetiaan kepada Allah membawa kehidupan dan berkat, sementara ketidaktaatan berujung pada kehancuran.