"Dan dengan kelima sudutnya mereka akan menghancurkan tembok-tembokmu, dan dengan keempat roda keretanya mereka akan merobohkan menara-menaranya."
Ayat Yehezkiel 26:11 merupakan bagian dari nubuat kenabian yang ditujukan kepada kota Tirus. Tirus, pada masanya, adalah sebuah metropolis maritim yang kaya raya, terkenal dengan kekuatan dagangnya, bentengnya yang kokoh, dan keangkuhannya. Nubuat ini meramalkan kehancuran total kota tersebut di tangan raja Babel, Nebukadnezar, dan kemudian oleh bangsa-bangsa lain yang akan datang.
Ayat yang secara spesifik menggambarkan instrumen kehancuran: "Dan dengan kelima sudutnya mereka akan menghancurkan tembok-tembokmu, dan dengan keempat roda keretanya mereka akan merobohkan menara-menaranya." Frasa "kelima sudut" dan "keempat roda kereta" merujuk pada alat pengepungan yang canggih pada masa itu. Alat-alat ini, mungkin termasuk menara kepung bergerak, mesin lempar batu (katapel), dan ram (battering ram), dirancang untuk menghancurkan pertahanan kota yang terkuat sekalipun.
Penggunaan "kelima sudut" bisa diinterpretasikan sebagai bagian dari mesin pengepungan yang digunakan untuk menyerang dari berbagai sisi atau sudut benteng. Sementara itu, "keempat roda kereta" secara harfiah menunjukkan penggunaan mesin perang yang dapat digerakkan, seperti menara kepung atau kendaraan perang lain yang dilengkapi alat penghancur. Keduanya menyiratkan serangan yang terorganisir, sistematis, dan tidak kenal ampun.
Kehancuran Tirus bukanlah sekadar peristiwa militer biasa. Kota ini melambangkan kesombongan, keangkuhan, dan ketergantungan pada kekayaan duniawi. Kekuatan dan kemakmuran Tirus membuatnya merasa aman dan tak terkalahkan. Nubuat ini mengingatkan bahwa tidak ada benteng yang bisa menahan murka Tuhan ketika kejahatan dan kesombongan telah mencapai puncaknya.
Dalam konteks yang lebih luas, Yehezkiel 26:11 juga dapat dilihat sebagai gambaran nubuat tentang kejatuhan kekuatan-kekuatan duniawi yang menentang kehendak Tuhan. Kehancuran Tirus yang digambarkan secara detail menunjukkan bahwa Tuhan memiliki kendali atas sejarah dan akan menghakimi bangsa-bangsa serta kota-kota yang berpegang pada kejahatan dan kesombongan. "Kelima sudut" dan "keempat roda kereta" menjadi simbol dari segala instrumen yang digunakan manusia untuk membangun dan mempertahankan kekuatan, namun pada akhirnya akan dihancurkan oleh kekuatan ilahi atau konsekuensi dari kesombongan mereka sendiri.
Kisah kehancuran Tirus, seperti yang diramalkan dalam Yehezkiel 26, akhirnya terwujud. Kota ini mengalami berbagai serangan dan pengepungan sepanjang sejarahnya, hingga akhirnya kehilangan kejayaannya. Nubuat ini tetap relevan sebagai pengingat akan sifat sementara dari kekayaan dan kekuatan duniawi, serta konsekuensi dari kesombongan dan keangkuhan di hadapan Tuhan.
Untuk mendalami lebih lanjut, Anda dapat mencari informasi mengenai sejarah kota Tirus dan penaklukannya oleh Nebukadnezar. Anda juga bisa merenungkan bagaimana prinsip-prinsip yang disampaikan dalam ayat ini berlaku dalam kehidupan modern, baik secara pribadi maupun dalam skala global. Kehancuran Tirus menjadi peringatan abadi.