"Mereka akan menjarah hartamu, merampas hasil daganganmu, menghancurkan tembok-tembokmu dan merobohkan rumah-rumahmu yang indah; batu-batumu, kayu-kayumu dan puing-puingmu akan dilemparkan ke tengah laut."
Ayat Yehezkiel 26:12 merupakan nubuatan yang sangat kuat dan gamblang mengenai kehancuran kota Tirus, sebuah pusat perdagangan maritim yang megah pada zamannya. Kota ini terkenal dengan kekayaan, kemegahan, dan benteng pertahanannya yang kokoh. Namun, nubuatan ilahi ini meramalkan akhir yang tragis bagi kemegahan tersebut. Kata-kata "menjarah hartamu, merampas hasil daganganmu" menunjukkan bahwa penyerbu akan mengambil semua yang berharga dari Tirus, mengeringkan sumber kekayaannya yang berasal dari perdagangan global. Ini bukan sekadar penaklukan, tetapi penghancuran total terhadap identitas ekonomi Tirus.
Lebih jauh lagi, ayat ini menggambarkan kerusakan fisik yang ekstrem: "menghancurkan tembok-tembokmu dan merobohkan rumah-rumahmu yang indah". Tembok-tembok Tirus yang dipercaya tidak dapat ditembus, simbol kekuatan dan keamanannya, akan runtuh. Rumah-rumah yang indah, yang mencerminkan kemakmuran dan kemewahan penduduknya, akan dihancurkan menjadi puing-puing. Pemilihan kata "indah" menekankan betapa besar kerugian yang akan dialami, bukan hanya dalam hal materi tetapi juga estetika dan kebanggaan kota.
Bagian akhir ayat ini, "batu-batumu, kayu-kayumu dan puing-puingmu akan dilemparkan ke tengah laut," adalah gambaran visual yang paling dramatis dan mengerikan. Ini menyiratkan bahwa kehancuran Tirus begitu total sehingga bahkan sisa-sisa bangunannya pun akan dibuang ke laut. Tidak ada yang akan tersisa untuk membangun kembali atau untuk menjadi saksi bisu kejayaannya. Tindakan membuang puing-puing ke laut bisa diinterpretasikan sebagai upaya untuk menghapus Tirus dari ingatan, agar tidak ada lagi yang dapat dibangun di atas fondasi yang tercemar oleh keangkuhan dan keserakahan.
Nubuatan ini tidak hanya sekadar ramalan kehancuran, tetapi juga sebuah peringatan ilahi terhadap kesombongan dan ketergantungan pada kekayaan duniawi. Tirus, dengan kemakmurannya, mungkin telah melupakan Sumber segala kekayaannya dan menganggap dirinya kebal dan tak terkalahkan. Yehezkiel 26:12 mengingatkan bahwa segala kemegahan duniawi bersifat sementara dan tunduk pada kedaulatan Allah. Meskipun ayat ini berbicara tentang kehancuran yang mengerikan, dalam konteks nubuatan yang lebih luas, seringkali ada implikasi pemulihan dan harapan. Kehancuran total Tirus, meskipun brutal, membuka jalan bagi tujuan ilahi yang lebih besar, yaitu untuk menegakkan keadilan dan menunjukkan kekuasaan-Nya yang mutlak atas segala bangsa dan kerajaan. Bagi orang yang beriman, ayat ini menjadi pengingat akan ketidakabadian materi dan pentingnya mencari kekayaan rohani yang kekal.