Ayat Yehezkiel 26:15 adalah bagian dari nubuat yang disampaikan oleh Nabi Yehezkiel mengenai kejatuhan kota Tirus. Tirus, sebuah kota pelabuhan fenisia yang sangat kaya dan berkuasa, terkenal dengan kekayaan, perdagangan, dan kemegahannya. Namun, ayat ini menggambarkan dampak dahsyat dari kejatuhannya, tidak hanya bagi kota itu sendiri tetapi juga bagi seluruh wilayah sekitarnya, termasuk pulau-pulau yang lebih kecil.
Kata-kata "pulau-pulau akan gemetar pada hari kejatuhanmu, pada hari ketika pulau-pulau itu meratap, ketika engkau tertelan" memberikan gambaran yang kuat tentang betapa signifikan dan mengguncang peristiwa kejatuhan Tirus. Ini menunjukkan bahwa kemegahan dan kekuasaan Tirus begitu besar sehingga kehancurannya menimbulkan ketakutan dan kesedihan mendalam bahkan di tempat-tempat yang jauh. Kehancuran Tirus bukan sekadar hilangnya sebuah kota, melainkan sebuah seismik yang dirasakan oleh dunia maritim pada masa itu.
Nubuatan ini, yang tercatat dalam Kitab Yehezkiel, secara spesifik merujuk pada penghancuran Tirus oleh Nebukadnezar dari Babel, dan kemudian juga pada serangan oleh Aleksander Agung. Kota Tirus yang dibangun di daratan utama (Tirus Lama) dan juga di sebuah pulau di lepas pantai (Tirus Pulau) membuat strategi pertahanannya sangat kuat. Namun, nubuat ini menekankan ketidakmampuan bahkan tembok-tembok terkuatnya untuk menahan murka ilahi dan kekuatan penyerbu.
Dampak kejatuhan Tirus juga terlihat dari aspek ekonomi dan sosial. Sebagai pusat perdagangan utama, kehancuran Tirus berarti hilangnya jalur perdagangan, sumber kekayaan, dan kekuatan politik. Ayat ini menegaskan bahwa kemegahan dan kesombongan Tirus, yang sering kali diiringi dengan penindasan dan keserakahan, pada akhirnya membawa kepada kejatuhan yang total. "Tertelan" menyiratkan sebuah akhir yang total, di mana kota itu tidak lagi memiliki eksistensi yang berarti.
Pesan dari Yehezkiel 26:15 adalah peringatan abadi tentang kesombongan dan penolakan terhadap kedaulatan ilahi. Meskipun Tirus adalah kota yang luar biasa, kekayaannya tidak dapat melindunginya dari penghakiman ketika ia berpaling dari jalan kebenaran. Konsekuensi dari kejatuhannya begitu luas sehingga pulau-pulau terdekat pun merasakan dampaknya, sebuah metafora untuk bagaimana tindakan dan kejatuhan kekuatan besar dapat memengaruhi komunitas yang lebih kecil di sekitarnya. Kehancuran Tirus menjadi bukti bahwa tidak ada kekuasaan atau kemegahan duniawi yang bisa bertahan selamanya jika tidak selaras dengan kehendak Tuhan.