Representasi artistik kota Tirus dan pelabuhannya yang megah.
Kitab Yehezkiel pasal 27 dan 28 menghadirkan gambaran yang luar biasa tentang kota Tirus, sebuah kota pelabuhan dan pusat perdagangan yang sangat kaya dan berkuasa di masa kuno. Yehezkiel menggunakan bahasa puitis yang kaya untuk melukiskan kejayaan Tirus, membandingkannya dengan sebuah kapal yang indah dan megah. Kota ini digambarkan memiliki kapal-kapal dagang yang canggih, diperlengkapi dengan kayu-kayu terbaik dari Siryon, tiang-tiang yang terbuat dari pohon Aras dari Sirion, dayung-dayung dari pohon ek Basan, dan layar-layar dari linen Mesir yang berhias. Kekayaan Tirus berasal dari perdagangan yang luas, mereka mendatangkan perak, besi, timah, dan timbal dari Tarsus, serta banyak komoditas berharga lainnya dari berbagai penjuru dunia yang dikenal.
Namun, di balik kemegahan dan kekayaan yang luar biasa ini, terdapat kesombongan dan keangkuhan yang menjadi akar kejatuhannya. Pasal 28 menggambarkan raja Tirus sebagai sosok yang hatinya membengkak karena kekayaannya. Ia menganggap dirinya setara dengan Allah, menduduki tahta di tengah lautan, menganggap dirinya memiliki hikmat dan pengertian yang tak tertandingi. Kesombongan ini telah membutakannya terhadap kebenaran ilahi dan mengarahkannya pada penghukuman yang pasti.
Nubuatan Yehezkiel menjadi peringatan keras bagi Tirus. Kemakmuran yang mereka nikmati tidak hanya hasil dari kerja keras dan keterampilan mereka, tetapi juga merupakan anugerah yang seharusnya membawa rasa syukur dan kerendahan hati di hadapan Pencipta. Sebaliknya, mereka menggunakan kekayaan dan kekuasaan mereka untuk memuaskan diri sendiri, bahkan terkadang dengan cara-cara yang merugikan bangsa lain, termasuk Israel. Yehezkiel 27:28 secara dramatis menggambarkan kesedihan dan keputusasaan yang akan melanda dunia maritim ketika Tirus, pusat perdagangan mereka, dihancurkan. Jeritan para pelaut dan nahkoda mencerminkan dampak ekonomi dan sosial yang sangat besar dari kejatuhan kota ini.
Pesan dalam Yehezkiel 27 dan 28 lebih dari sekadar nubuat tentang kejatuhan sebuah kota kuno. Ini adalah pelajaran abadi tentang bahaya kesombongan, ketamakan, dan penyalahgunaan kekuasaan. Kisah Tirus mengingatkan kita bahwa kekayaan materi dan kemegahan duniawi, jika tidak diimbangi dengan kerendahan hati dan kesadaran akan Sumber segala berkat, dapat mengarah pada kehancuran. Keseimbangan antara kemajuan duniawi dan integritas rohani adalah kunci untuk menghindari nasib yang sama seperti yang menimpa Tirus yang megah. Kejatuhan Tirus menjadi saksi bisu tentang bagaimana kesombongan dapat meruntuhkan bahkan peradaban yang paling makmur sekalipun.