Yehezkiel 27:3

"Katakanlah kepadanya: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Hai Tirus, engkau berkata: Aku adalah kesempurnaan keindahan.

Simbol Tirus (simbol kota pesisir yang megah)

Ayat Yehezkiel 27:3 ini membuka sebuah perikop yang sangat dramatis dalam Kitab Yehezkiel, yaitu ratapan atas kejatuhan Tirus. Tirus, sebuah kota pelabuhan Fenisia yang kaya dan berpengaruh pada masanya, digambarkan sebagai sebuah simbol kemegahan, kekayaan, dan kekuatan. Allah melalui nabi Yehezkiel menyampaikan pesan langsung kepada kota Tirus, menyoroti kebanggaan dan kesombongan yang telah merasukinya. Pernyataan "Aku adalah kesempurnaan keindahan" bukanlah sekadar klaim dangkal, melainkan cerminan dari statusnya sebagai pusat perdagangan global, tempat berkumpulnya berbagai macam barang mewah dan keahlian artisanal.

Tirus dikenal karena marmernya yang indah, kayu aras dari Lebanon yang kokoh, dan keahlian dalam pembuatan kaca serta pewarna ungu yang mahal. Kota ini menjadi dermaga bagi kapal-kapal dari seluruh penjuru dunia, membawa kekayaan dan pengaruh yang tak tertandingi. Para pedagang Tirus terkenal licik dan cakap dalam bisnis, membangun imperium ekonomi yang luas. Keindahan arsitektur kota, kemewahan gaya hidup penduduknya, dan kekuasaannya atas lautan Mediterania menciptakan citra diri yang sangat tinggi di mata mereka sendiri, bahkan hingga mengarah pada penyembahan berhala dan menganggap diri setara dengan dewa.

Namun, Allah melihat melampaui permukaan keindahan dan kemewahan. Kebanggaan Tirus adalah kebanggaan yang membutakan, yang membuat mereka melupakan Sang Sumber segala berkat. Ayat ini menjadi peringatan keras bahwa kemegahan duniawi, betapapun mengesankannya, pada akhirnya akan berlalu jika tidak didasarkan pada kerendahan hati dan pengenalan akan Allah. Ratapan yang mengikuti ayat ini akan menggambarkan bagaimana kemegahan Tirus akan dirampas, kekayaannya akan dihancurkan, dan kota itu akan menjadi puing-puing, sebagai bukti nyata bahwa hanya kekuasaan Allah yang abadi. Pesan ini relevan hingga kini, mengingatkan kita untuk tidak terpukau oleh kemewahan duniawi dan tetap menjaga hati yang rendah hati di hadapan Pencipta.

Setiap elemen yang membangun keindahan Tirus, mulai dari tiang-tiang kapal mereka yang terbuat dari kayu aras terbaik hingga layar-layar mereka yang ditenun dari linen Mesir, semuanya adalah karunia. Namun, kesombongan Tirus telah mengubah karunia ini menjadi alasan untuk menuhankan diri sendiri. Ini adalah sebuah ironi yang tragis; apa yang seharusnya menjadi tanda kemurahan hati Sang Pencipta justru menjadi penyebab kejatuhan makhluk ciptaan-Nya. Yehezkiel dipanggil untuk menyatakan firman Tuhan ini, membawa berita yang menyakitkan namun penting bagi kebanggaan Tirus.