"Semua penduduk Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, karena mereka telah menjadi tongkat pemijak bagi kaum Israel."
Ayat Yehezkiel 29:6 merupakan bagian dari nubuat yang disampaikan oleh Nabi Yehezkiel kepada bangsa Israel. Dalam konteks sejarah, ayat ini merujuk pada kondisi Mesir sebagai sebuah bangsa yang kuat namun akhirnya akan mengalami kehancuran. TUHAN menyatakan melalui nabi-Nya bahwa bangsa Mesir telah berperan sebagai penyangga atau "tongkat pemijak" bagi kaum Israel. Hal ini dapat diartikan dalam berbagai cara, namun umumnya merujuk pada ketergantungan bangsa Israel pada Mesir di masa lalu, baik dalam hal perlindungan maupun dalam konteks kesalahpahaman dan penyembahan berhala yang diimpor dari Mesir.
Pernyataan "semua penduduk Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN" menekankan bahwa kehancuran yang akan menimpa Mesir bukanlah kebetulan semata, melainkan merupakan tindakan ilahi. Ini adalah pengingat bagi bangsa-bangsa, dan khususnya Mesir, tentang kedaulatan dan kuasa mutlak Allah. Pengalaman pahit dan penderitaan yang dialami Mesir pada akhirnya akan membawa mereka pada kesadaran akan identitas dan keagungan TUHAN.
Kitab Yehezkiel sering kali berisi ramalan hukuman terhadap bangsa-bangsa yang menindas atau mempermainkan umat Allah. Mesir, dengan segala kejayaannya, termasuk Sungai Nil yang menjadi sumber kehidupan dan piramida sebagai simbol kekuasaannya, ternyata tidak luput dari rencana penghakiman ilahi ketika mereka menyimpang dari jalan kebenaran. Ayat ini menjadi bukti bahwa tidak ada bangsa, sehebat apapun, yang dapat mengabaikan Allah Pencipta tanpa konsekuensi.
Pesan dalam Yehezkiel 29:6 juga relevan bagi umat percaya masa kini. Ayat ini mengajarkan kita untuk tidak bergantung pada kekuatan duniawi atau materi semata. Ketergantungan yang berlebihan pada sistem atau kekuatan manusiawi dapat membuat kita menjadi "tongkat pemijak" bagi pihak lain, atau bahkan menjadi pijakan bagi kesesatan. Sebaliknya, kita dipanggil untuk menjadikan TUHAN sebagai sumber kekuatan, harapan, dan panduan kita. Dengan demikian, kita dapat menghindari kehancuran spiritual dan mengetahui, dalam segala aspek kehidupan kita, bahwa Dialah TUHAN yang berkuasa atas segala sesuatu.
Kehancuran Mesir yang dinubuatkan dalam pasal ini akhirnya tergenapi dalam sejarah, meskipun rincian dan waktu pasti pemenuhannya bisa menjadi subjek interpretasi teologis yang mendalam. Namun, inti pesan tentang kedaulatan Allah dan konsekuensi dari menyimpang dari-Nya tetap teguh. Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya mengenali dan mengakui Allah dalam segala situasi, baik dalam masa kejayaan maupun masa kesulitan. Melalui ayat-ayat seperti Yehezkiel 29:6, kita diingatkan akan kebenaran firman Tuhan yang kekal.
Pesan penutup dari ayat ini adalah penekanan pada pengenalan akan Allah. Ketika Mesir mengalami penderitaan dan kejatuhan, mereka akan dipaksa untuk mengakui bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang bekerja di balik sejarah. Ini adalah pengingat bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya, dan pada saat yang sama, Ia akan meminta pertanggungjawaban dari mereka yang menyalahgunakan kekuasaan atau menindas orang lain. Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa membaca Yehezkiel 29:6.