Yehezkiel 29 9: Nubuat Melawan Mesir

"Maka Aku akan menjulurkan tangan-Ku melawan engkau, untuk menyerahkan tanah Mesir menjadi reruntuhan dan kebinasaan dari padang gurun sampai Ribla di utara."

Ayat Yehezkiel 29:9 memuat sebuah nubuat ilahi yang sangat kuat dan spesifik, ditujukan kepada tanah Mesir. Firman Tuhan ini menyampaikan penghakiman yang akan menimpa Mesir, sebuah bangsa yang pada masa itu dikenal sebagai salah satu kekuatan dominan di dunia. Nubuat ini bukan sekadar ramalan umum, melainkan sebuah deklarasi pasti tentang bagaimana Tuhan akan bertindak terhadap Mesir, mengubahnya menjadi tempat yang tandus dan tak berpenghuni. Frasa "menjulurkan tangan-Ku melawan engkau" menunjukkan intervensi langsung dari Tuhan sendiri. Ini bukan sekadar perang antar bangsa, melainkan manifestasi keadilan ilahi yang memiliki tujuan untuk menghukum dan mendisiplinkan.

Penekanan pada "tanah Mesir menjadi reruntuhan dan kebinasaan" menggambarkan skala kehancuran yang akan terjadi. Kata-kata ini menyiratkan tidak hanya kerusakan fisik, tetapi juga hilangnya kemakmuran, kekuasaan, dan kejayaan yang selama ini diasosiasikan dengan Mesir. Kondisi ini akan meluas dari "padang gurun" yang sudah identik dengan kekosongan, hingga ke "Ribla di utara," sebuah kota strategis yang menandakan batas wilayah utara Mesir. Hal ini menunjukkan bahwa dampak dari penghakiman Tuhan akan menyeluruh dan tidak mengenal batas geografis di dalam negeri itu.

Nubuat ini dikumandangkan pada masa ketika Mesir, meskipun sedang mengalami gejolak internal dan eksternal, masih memproyeksikan citra kekuatan. Tujuannya bisa jadi untuk menegaskan superioritas kedaulatan Tuhan atas semua bangsa, termasuk yang paling perkasa sekalipun. Yehezkiel, sebagai nabi, bertugas menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada umat-Nya dan bangsa-bangsa lain. Dalam konteks ini, nubuat terhadap Mesir juga menjadi pengingat bagi bangsa Israel tentang konsekuensi dari kesombongan, penyembahan berhala, dan ketidaktaatan kepada Tuhan.

Memahami Yehezkiel 29:9 juga memberikan perspektif tentang cara Tuhan berinteraksi dengan dunia. Ia tidak acuh tak acuh terhadap ketidakadilan atau kesombongan bangsa-bangsa. Tuhan memiliki rencana dan tujuan-Nya, dan Ia sanggup untuk melaksanakan penghakiman-Nya. Namun, di balik penghakiman yang terdengar keras, seringkali ada panggilan untuk pertobatan dan pengakuan akan kekuasaan Tuhan yang tertinggi. Nubuat ini mengingatkan kita bahwa tidak ada kekuatan di bumi yang dapat berdiri melawan kehendak Tuhan.

Konteks sejarah Mesir pada masa itu, terutama hubungannya dengan kerajaan Babel yang sedang naik daun, sangat relevan dengan nubuat ini. Para penguasa Mesir seringkali memiliki ambisi politik yang besar dan merasa diri mereka sejajar dengan dewa. Tuhan melalui Yehezkiel menunjukkan bahwa klaim dan kekuatan mereka pada akhirnya akan dihadapkan pada otoritas ilahi yang jauh melampaui mereka. Kehancuran yang dinubuatkan ini mungkin merujuk pada invasi dan penaklukan Mesir oleh kekuatan-kekuatan asing, yang mengikis kejayaan dan stabilitas negara itu selama periode tertentu.

Secara keseluruhan, Yehezkiel 29:9 adalah ayat yang menggugah tentang kekuasaan mutlak Tuhan atas segala sesuatu, termasuk kekuatan politik dan peradaban manusia. Ayat ini menjadi bukti bahwa Tuhan mengendalikan sejarah dan akan menegakkan keadilan-Nya. Pesan ini tetap relevan hingga kini, mengingatkan setiap individu dan bangsa bahwa kesombongan dan penolakan terhadap prinsip-prinsip ilahi pasti akan menghadapi konsekuensi.